Kelompok Hamas di Jalur Gaza menembakkan sedikitnya 35 roket dan mortir ke arah wilayah Israel, Rabu (5/11). Informasi militer Israel itu lantas dibenarkan oleh Hamas. Puluhan roket yang mendarat di kota Ashkelon itu terjadi setelah serangan tentara Israel yang menewaskan enam anggota kelompok perlawanan Palestina. Serangan terakhir di Israel dari arah wilayah Jalur Gaza itu dikhawatirkan bisa mengganggu kesepakatan gencatan senjata yang telah berlangsung selama empat bulan.
Jika gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir itu gagal, upaya AS untuk mewujudkan kesepakatan damai antara Israel dan Palestina akan sia-sia. Selama ini Mesir berusaha menjadi ”juru tengah” untuk mengupayakan rekonsiliasi Hamas dan Fatah (faksi Presiden Palestina Mahmoud Abbas). Namun, akibat serangan roket dan mortir yang terakhir itu, nasib gencatan senjata juga menjadi semakin tidak jelas.<>
Akibat serangan Hamas itu, Pemerintah Israel menyebutkan semua perbatasan penyeberangan komersial antara Israel dan Jalur Gaza akan ditutup. Meski terjadi pertikaian baru, baik Israel maupun Hamas tetap menginginkan kondisi keamanan kembali pulih. Kedua pihak juga tetap ingin gencatan senjata dipertahankan.
”Kami ingin kondisi keamanan tetap tenang di Selatan. Berbicara tentang operasi militer sebelumnya, kami hanya membalas upaya Hamas menyelinap masuk ke Israel,” kata juru bicara Pemerintah Israel, Mark Regev.
Ketegangan mulai kembali terasa setelah tentara Israel masuk ke Gaza dan menghancurkan terowongan yang berada dekat garis perbatasan yang sedianya dipakai untuk menculik anggota keamanan Israel, Selasa malam. Ketika itulah terjadi baku tembak antara Hamas dan pasukan Israel.
Pertikaian semakin sengit dengan serangan balasan Israel dari udara. Juru bicara Hamas Fawzi Barhoum mengaku serangan roket dan mortir ke arah Israel itu untuk membalas Israel. ”Mereka (Israel) yang justru menimbulkan ketegangan dan memicu konflik. Mereka harus menanggung akibatnya. Tidak bisa seenaknya menyerang seperti itu dan membuat kami menderita,” ujarnya.
Pemerintah Israel menegaskan pihaknya beberapa hari lalu menemukan terowongan sepanjang 250 meter yang diyakini dipakai untuk upaya penculikan. Karena itu, mereka lantas menghancurkan terowongan itu. Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak disebutkan menyetujui operasi itu.
Seorang pejabat pemerintah di Israel juga mengaku mereka mengetahui secara persis operasi itu akan menodai kesepakatan gencatan senjata. Namun, operasi itu tetap saja dilakukan untuk mengantisipasi ancaman penculikan. (luk/kcm)