Rais Syuriyah NU Malaysia: Nahdliyin Ibarat Gadis Cantik Saat Pemilu
Senin, 25 Agustus 2008 | 12:59 WIB
Jumlah kaum nahdliyin (sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama/NU) yang begitu besar dan tersebar di seluruh Indonesia, selalu menjadi incaran partai politik saat Pemilihan Umum (Pemilu). Ia ibarat gadis cantik yang memiliki daya tarik tersendiri ketika pesta demokrasi itu digelar.
Demikian diungkapkan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Malaysia, Anis Malik Thoha, dalam sambutannya pada pembukaan Konferensi Cabang Istimewa PCINU Malaysia, di Aula Sekolah Indonesia-Kuala Lumpur,<> Ahad (24/8) kemarin.
Kenyataan tersebut, ujar Anis, memang menjadikan NU sebagai organisasi kemasyarakatan yang diperhitungkan. Namun, akibat buruknya, beberapa petinggi NU justru memanfaatkan organisasi untuk kepentingan pribadi, bukan untuk umat.
“Banyaknya pengurus NU yang menjadikan organisasi sebagai tempat untuk hidup. Pengurus semestinya menyadari bahwa merekalah yang seharusnya menghidupi organisasi, bukan malah menjadikan NU sebagai tempat untuk numpang hidup,” terang Anis.
Melihat kondisi demikian, NU semestinya tetap memegang teguh konsep Khittah 1926 yang melarang keterlibatan organisasi pada politik praktis. “NU tetap menjadi gadis yang cantik, tapi punya akhlak. NU harus menjaga kehormatannya dan jangan sampai menjual diri,” papar Dosen pada Universitas Islam Antarabangsa, Malaysia, itu.
Selain itu, imbuh Anis, Pengurus Besar NU juga harus membuat aturan yang ketat dan tegas pada setiap pengurus yang rangkap jabatan dengan kepengurusan partai politik. “Sanksi dan memaksa seseorang mundur dari kepengurusan NU, apabila ia mencalonkan diri dari jabatan politik tertentu, juga penting dibuat,” desaknya. (hil)