Warta

Rayakan Harlah, PKB Kritik NU karena Dinilai Terlampau Politis

Kamis, 23 Juli 2009 | 08:19 WIB

Jakarta, NU Online
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengkritik Nahdlatul Ulama (NU) karena dinilai terlampau jauh terlibat dalam politik praktis. Akibatnya, hubungan dan komunikasi keduanya belakangan semakin menjauh hingga seringkali terjadi kesalahpahaman.

Kritik tersebut disampaikan Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar, kepada wartawan saat merayakan Hari Lahir ke-11 PKB di kantornya, Jalan Sukabumi, Jakarta, Kamis (23/7) siang.<>

Muhaimin menjelaskan, PKB tidak pernah dan tidak berusaha menjauh dari NU. Pihaknya sangat menyadari bahwa NU-lah yang melahirkan partai yang dipimpinnya saat ini. Namun,

“PKB tidak pernah menjauh dari NU, tetapi NU yang terlalu ‘bernafsu’ berpolitik praktis. Sehingga, kebablasan,” terang Muhaimin didampingi Sekretaris Jenderal PKB, Lukman Edy, dan beberapa petinggi partai lainnya.

Ia menyebutkan, dalam banyak kesempatan, NU terlibat dalam moment-moment politik praktis. “Contohnya, dalam pilgub (pemilihan gubernur), pilbup (pemilihan bupati), pilpres (pemilu presiden). Di situ, NU jalan sendiri, tidak mau berkoordinasi dengan PKB,” ujarnya.

Dalam Muktamar ke-32 di Makassar, Sulawesi Selatan, pada Januari 2010 nanti, menurut Muhaimin, NU seharusnya menegaskan diri untuk kembali ke Khittah dan tidak masuk dalam wilayah politik. NU, katanya, sudah selayaknya kembali pada bidang pemberdayaan masyarakat, pendidikan, keagamaan dan membangun perekonomian umat yang kuat.

Muhaimin menambahkan, urusan politik praktis, politik kekuasaan, sebaiknya diserahkan sepenuhnya pada PKB. “Warga NU kalau mau berpolitik, ya lewat PKB saja,” pungkasnya.

Sebelumnya, dalam sebuah forum diskusi di Jakarta pada Rabu (15/7) lalu, Ketua Pengurus Besar NU, KH Said Aqil Siroj, menilai, hubungan antara PKB dengan NU makin tidak harmonis. Padahal, partai itu didirikan untuk memerankan fungsi politik praktis demi kepentingan NU yang secara organisasi tidak bisa memerankannya.

“(PBNU) niatnya mendirikan PKB itu kan sebagai ‘sayap’ politik NU. Tapi, belakangan hubungan PKB dan NU tidak harmonis dan makin tidak harmonis,” ujar Kang Said—begitu panggilan akrabnya.

Ia mengaku tak mengetahui pasti apa penyebab ketidakharmonisan hubungan itu. “Itu masih tanda tanya besar,” katanya. Namun, ia menduga bahwa fenomena itu terjadi saat PKB terlihat hanya murni mengurus politik kekuasaan. Akibatnya, cita-cita perjuangan NU melalui jalur politik tak tercapai. (rif)


Terkait