Jakarta, NU Online
Utusan Presiden untuk urusan Timur Tengah Dr. Alwi Syihab berharap agar rekomendasi yang akan dihasilkan dalam konferensi Sunni-Syiah di Istana Bogor bisa sampai pada para pemain di lapangan yang saat ini tengah bertempur.
Meskipun beberapa tokoh yang hadir dalam konferensi tersebut tidak memiliki komando langsung ke lapangan, tapi mantan Menlu ini yakin bahwa hasil rekomendasi ini akan disampaikan kepada pimpinan yang lebih tinggi yang selanjutnya akan melakukan koordinasi dengan jajarannya di bawah.
<>“Bahwa ada pentolan tidak hadir, itu tidak berarti rekomendasi yang dikeluarkan tidak baik, rekomendasi yang akan dikeluarkan sesuai dengan harapan kita semua adalah semacam himbauan, tentu ada kecaman, teruhlah pada kelompok tertentu yang memerangi kelompok lain atas nama mazhabnya. Kita mengharapkan ini bukan yang pertama dan terakhir. Ini batu loncatan yang lebih besar,” katanya.
Bangsa Irak terdiri dari orang Kurdistan, Sunni, Syiah. Sebelumnya mereka tidak ada masalah. “Jadi sebenarnya banyak yang sudah tahu bahwa antara Sunni dan Syiah tidak masalah, tapi kita ingin mengumandangkan kembali dengan melibatkan tokoh-tokoh ulamanya,” imbuhnya.
Dikatakan oleh Alwi konflik ini disebabkan adanya kebencian dan dendam atas nama kelompok keagamaan akibat provokasi fihak lain. “Kita memberitahu pada mereka bahwa kehadiran kekuatan asing di Irak ini tidak kondusif bagi persatuan mereka sehingga mereka harus bersama-sama meninggalkan Irak.
Namun kekuatan asing tersebut baru bisa meninggalkan Irak jika komponen-komponen yang bertikai di Irak mau bersatu. “Inilah hasil konferensi yang diharapkan, mereka bisa mendirikan negara sesuai yang diinginkan, maka kekuatan asing bisa keluar, kita tidak bisa bilang begitu kalau masih ada pertikaian. Harus ada persatuan dulu, kalau ditinggalkan, nanti tambah rebut,” paparnya.
Untuk itu hal pertama yang harus disepakati antara Sunni dan Syiah adalah mereka tidak ada permasalahan ideologis yang mengantar pada konflik. Perbedaan dalam agama biasa seperti terlihat antara Sunni dan Syiah hidup berdampingan di Lebanon, di Irak sendiri, bahkan di Saudi, Kuwait, Emirat, Bahrain, hidup berdampingan karena mereka saling menghormati.
“Kita ingin menekankan pada kelompok awam di Irak yang lupa bahwa sebenarnya kedua mazhab ini tidak ada permusuhan, tidak ada hal yang bisa mengantar pada permusuhan, bahwa ini lebih banyak unsur politik yang terkandung dalam konflik ini, kalau sudah bersatu, atau rekonsiliasi keduanya, maka mereka bisa berfikir atas satu kekuatan,” katanya. (mkf)