Ketokohan Gus Dur yang luar biasa terlihat dengan banyaknya acara haul yang digelar setelah ia meninggal. Bahkan Refleksi Awal Tahun PBNU pun dirangkai dengan acara Haul Gus Dur, 4 Desember 2011. Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj tampil sebagai keynote speaker menceritakan banyak hal tentang kerukunan antar umat beragama.
Acara yang bertema "Merajut Kebhinekaan, Membangun Indonesia Mutamaddin" ini dihadiri para tokoh agama dan penganut kepercayaan. Tokoh Katolik, Romo Frans Magnis Suseno, hadir sebagai narasumber dan menceritakan kisahnya selama bersama Gus Dur.<>
Bagi Romo Magnis Gus Dur tidak hanya teman baik, tapi adalah guru yang luar biasa. Gus Dur adalah tokoh yang sangat luar biasa. "Saya sangat bersyukur, Gus Dur hadir dalam kehidupan saya," ujarnya yang langsung mendapat aplaus hadirin.
Menurut Romo Magnis, Gus Dur juga adalah seorang nasionalis tulen. "Bagi saya, Gus Dur adalah nasionalis luar biasa, hatinya merah putih. Bahkan tidak hanya itu, nasionalismenya sampai di tulang sumsum," ujar Romo Magnis.
Ia juga menceritakan kesederhanaan Gus Dur yang menggelikan. "Suatu saat saya datang ke Istana ketika Gus Dur masih menjabat Presiden dan melihat banyak kardus yang diikat dengan tali rafia. Lalu setelah saya tanya kepada kru Istana, ternyata kardus-kardus itu hadiah dari Gus Dur untuk orang Cina. Karena beberapa saat kemudian beliau berkunjung ke RRC. Ini salah satu contoh kesederhanaan Gus Dur," jelas Romo Magnis.
Sementara itu Pendeta Gomar Gultom menyatakan agar spirit perjuangan Gus Dur tetap dipertahankan. "Saya harap kita tidak terjebak pada simbol Gus Dur yang luar biasa, tapi spirit perjuangan beliau harus kita teruskan," ujar perwakilan dari Persatuan Gereja Indonesia ini.
Gomar berharap NU bisa melahirkan Gus Dur-Gus Dur baru yang bisa meneruskan perjuangan Presiden RI keempat ini. "Saya yakin Nahdlatul Ulama di bawah kepemimpinan Pak Said bisa mewujudkan itu semua," pungkasnya. (bil)