Tulungagung, NU Online
Kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush ke Indonesia pada 20 Nopember mendatang terus mendapat sorotan tajam dari berbagai elemen masyarakat. Kali ini kritikan datang dari Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H M Rozy Munir SE MSc. Menurut dia, sambutan Pemerintah RI terhadap Bush dinilai luar biasa, bahkan terlalu demonstratif.
“Bagi saya sambutannya kok benar-benar luar biasa dan demonstratif. Kenapa ada helipad segala? Kenapa tidak biasa-biasa saja? Ini yang harus dipikirkan, jangan sampai demonstratif,“ tandas Rozy usai silaturrahim dengan Pengurus Cabang (PC) NU dan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU se-Kabupaten Tulungagung di Gedung STAI Diponegoro, sebagaimana dilaporkan kontributor NU Online di Tulungagung, Wahid Nasirudin, belum lama ini.
<>Sambutan yang luar biasa itu, kata Rozy, justru memunculkan kesan seolah-olah Pemerintah RI telah didikte dan takut kepada AS. Padahal, posisi Indonesia sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. “Kesan-kesan itu menurut saya yang tidak boleh melebar dan berkembang secara luas, sehingga seolah-olah ada apa denganmu (pemerintah RI-Red),“ ujarnya.
Dikatakan Rozy, secara psikologis ada hubungan yang tidak menyenangkan antara Bush dengan negara-negara Islam seperti Iran, Irak dan Palestina. Termasuk banyak tokoh Islam di Indonesia yang tidak senang dengan putera mantan Presiden AS George Bush itu. “Karena itu, sambutan pemerintah jangan terlalu demonstratif,” tuturnya.
PBNU tak Tanggapi PKNU
Dalam kesempatan itu, Rozy juga menegaskan bahwa PBNU tidak akan ikut cawe-cawe terhadap rencana pendirian Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) yang dikomandani Choirul Anam (Cak Anam). Karena PBNU tetap dalam koridor khittah untuk mengembangkan sosial-religiusnya.
“PBNU tidak ada urusan dengan partai baru. Tugas PBNU sekarang ini masih banyak, termasuk menjadikan NU go international. NU terlibat dalam pengiriman ke lembaga-lembaga pendidikan (di luar negeri), ikut OKI (Organisasi Konferensi Islam) dan sebagainya,” tukasnya.
Beberapa waktu lalu, papar Rozy, Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi pidato dalam forum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di New York AS. Di sisi lain, PBNU juga terus menerima undangan dialog antaragama dari berbagai negara, baik di Cyprus, Eropa, Filipina dan Brazil.
“Tokoh-tokoh Islam negara lain juga sering berkunjung ke PBNU, karena melihat bahwa NU merupakan organisasi besar, sejuk dan rahmatan lil alamin. Itu didengar mereka. Apalagi Indonesia masuk dalam forum tidak tetap di Dewan Keamanan PBB. Urusannya pasti ngajak perdamaian dunia dan NU pasti dilibatkan di dalamnya,” katanya.
Hal itu, bagi Rozy, merupakan fenomena yang menggembirakan. Sebab, NU telah didengar, dilihat dan diperhatikan, sehingga menjadi go international. (whd/rif)