Warta

Seorang Santri Ponpes Al-Maksum Meninggal

Ahad, 28 Mei 2006 | 10:18 WIB

Yogyakarta, NU Online
Gempa bumi berkekuatan 5,9 skala richter di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah, Sabtu (27/5) kemarin, telah menelan korban lebih 3 ribu jiwa. Korban paling banyak terjadi di Kabupaten Bantul, di kota ini, ribuan mayat tergeletak akibat terkena reruntuhan bangunan yang ambruk akibat peristiwa yang terjadi pukul 05.56 itu.

Kontributor NU Online di DIY, A Riyadi Amar, melaporkan tercatat ada beberapa pondok pesantren (Ponpes) milik warga NU yang rusak berat dan seorang santri yang meninggal akibat tragedi kemanusiaan tersebut. Di Ponpes Al Maksum, Krapyak, Bantul, seorang santri, Ratno (26), meninggal. Santri asal Medan ini kepalanya bocor akibat terkena reruntuhan dari atap gedung.

<>

“Iya, memang ada santri kami yang meninggal akibat terkena reruntuhan bangunan, santri tersebut saat kejadian sedang berada di kamar,” kata seorang ustad Ponpes Al Maksum, Munawar, kemarin.

Untuk sementara, lanjut Munawar, saat ini para santri yang rumahnya dekat memilih pulang untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, mereka banyak yang dijemput orang tua mereka dan ada yang pulang sendiri. “Mereka yang pulang rata-rata dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta, bahkan luar Jawa,” katanya.

Sementara di Ponpes Al Munawir, Krapyak, Bantul, beberapa bangunan juga terlihat rusak berat, kerusakan itu diperkirakan mencapai 60 persen. Menurut seorang santri, Fatkhuraahman, mengatakan bangunan ini nantinya akan dibangun ulang kembali seperti sedia kala, “Tapi sementara ini kami belum bisa memastikan berapa kerugian. Alhamdulillah di sini (Al Munawir, red) tidak ada santri yang meninggal,” katanya.

Anehnya di Ponpes Sekolah Tinggi Ilmu al Quran (STIQ), Bantul, yang jaraknya lebih dekat dari pada Ponpes Krapyak, dari bibir pantai, bangunan tidak ada yang mengalami kerusakan cukup parah. Terlihat hanya ada beberapa bangunan yang retak.

“Di sini aman-aman saja kok, mas. Hanya ada bangunan yang retak, tapi tidak ada santri yang terluka. Memang Sabtu pagi kemarin para santri sempat berlarian hingga 10 kilometer karena mendengar ada isu tsunami,” kata Ketua Yayasan STIQ, Adji Banaji, kemarin. (mar)


Terkait