Jakarta, NU Online
Meninggalnya Reza Ikhsan Fadillah (9) tahun sebenarnya hanyalah fenomena gunung es, mungkin kalau ditelusuri jumlah korban, walaupun tak sampai meninggal akan sangat banyak. Smack down kini telah menjadi mainan anak-anak, saat mereka di sekolah atau bermain di rumah.
M. Sholehuddin, (37), salah seorang pengurus LDNU DIY tak kuasa mengontrol perilaku 4 orang anak lelakinya bersmack down, terutama saat mereka berada di sekolah yang jauh dari orang tua.
<>Al Kaff (9) anak lelaki pertamanya bercerita dengan santainya bagaimana ia bersmack down dengan teman-temannya di sekolah, meskipun ada saja diantara teman-temannya yang mengalami kecelakaan ringan.
Dan celakanya, siapa yang menjadi korban saat ia berada di rumah, Noval (7) tahun, menjadi saksak hidup baginya. Karena merasa tak mampu membalas, anak ketiga, Ya’lu (3) yang menjadi korban peniruan acara yang berasal dari Amerika Serikat. Lalu kemanakah Ya’lu melampiaskan hasratnya, rupanya adiknya yang baru berumur 1 tahun yang menjadi korban.
Meskipun sudah diperingatkan berulangkali oleh kedua orang tuanya, rupanya tak manjur, apalagi saat pengawasan kurang karena sibuk bekerja, anak-anak tersebut bisa bergaya seolah-olah seperti jagoan yang lagi bertarung di Lativi.
Cerita senada juga diungkapkan oleh M. Sahid, salah satu pegawai PBNU. Keponakannya yang masih kecil-kecil merupakan penggemar berat smack down, meskipun acara tersebut ditayangkan pukul 10.00 malam. Jika sudah ada smack down, channel TV tak boleh diganti dengan acara lainnya.
Meskipun sudah jelas-jelas menimbulkan efek negatif, Lativi rupanya tidak akan menghentikan acara tersebut. "Kami tidak menghentikan tayangannya," ujar Manajer Humas Lativi Raldi Doy usai menemui Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Barat, Jalan Sulanjana, Bandung, Senin.
Langkah yang dilakukan untuk mencegah efek negatif adalah mengundurkan jam tayang dan mensosialisasikan peringatan bahwa smack down tidak layak ditonton oleh anak-anak. (mkf)