Warta

Tahlilan Guru Ijai Masih Bergema di Seantero Kalsel

Jumat, 12 Agustus 2005 | 06:25 WIB

Banjarmasin, NU Online
Kematian Alimul Allamah Al Arif Billah Asy Syekh K.H. Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang disebut Guru Ijai, seorang ulama kharismatik di Propinsi Kalimantan Selatan, pada subuh Rabu, 6 Rajab 1426 H/10 Agustus 2005 M nampaknya masih menyisakan kenangan bagi kaum muslim di propinsi berpenduduk sekitar 3,2 juta jiwa tersebut.

Untuk mengenang kematian ulama kharismatik dan terkenal dalam dekade 20 tahun terakhir itu, hingga hari ketiga dari tanggal meninggal dunianya Guru Ijai yang juga disebut Guru Sakumpul tersebut, pembacaan Surat Yasin dan tahlilan masih bergema di hampir seantero Kalsel yang terbagi 13 kabupaten/kota, demikian dilaporkan, Jum’at.

<>

Seperti pada sejumlah tempat ibadah di daerah Hulusungai atau "Banua Enam" Kalsel, baik sehabis shalat Maghrib maupun selesai shalat Subuh jemaahnya membacakan Surat Yasin serta melakukan tahlilan yang pahalanya diperuntukan bagi almarhum Guru Sakumpul.

Gema pembacaan Surat Yasin dan tahlilan Guru Ijai itu, menurut informasi, dilakukan pula oleh warga kaum muslim pada beberapa tempat ibadah di kabupaten lain yang bukan berada dalam kawasan Banua Enam, seperti di Kabupaten Tanah Laut serta Kota Banjarmasin, yang merupakan daerah tetangga Kabupaten Banjar.

Terlebih di "kota intan" Martapura yang merupakan "Serambi Mekkah" nya Kalsel sejumlah jemaah masjid dan langgar (surau) di "Bumi Barakat" Banjar gema pembacaan Surat Yasin serta tahlilan Guru Ijai terus terdengar sehabis shalat Maghrib dan selesai shalat Subuh.

Sementara di makam almarhum Guru Ijai di Sakumpul, gema pembacaan Surat Yasin dan tahlilan nyaris tak pernah berhenti sejak hari pemakaman hingga kini, karena kawasan kubur ulama panutan itu juga tak pernah sepi dari peziarah yang datang dari berbagai daerah, disamping keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam Martapura sendiri. 

Sebutan Guru Sakumpul tersebut karena tempat tinggal serta kegiatan pengajian almarhum yang sebelum meninggalnya sempat dirawat di Rumah Sakit Mounth Elizabeth Singapura itu, adalah Kampung Sakumpul - Martapura, ibukota Kabaupaten Banjar, Kalsel, sekitar 40 kilometer dari Banjarmasin.

Sejumlah ulama di Banjarmasin menilai wajar kalau peziarah selalu membanjiri makam Tuan Guru Haji Ijai dan gema pembacaan Surat Yasin serta tahlilan menyertainya hingga kini, karena almarhum selain sebagai panutan sebagian besar kaum muslim di Kalsel, tersyuhur sampai keluar daerah, bahkan ke manca negara, seperti negeri jiran Malaysia dan Brunai Darussalam.

Ketersyuhuran almarhum Guru Ijai itu nampaknya mengikuti jejak dan ketermasyhuran pendahulunya yang masih dalam rumpun kekeluargaan yaitu Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, seorang ulama besar dan terkenal pada abad 18 - 19 atau saat masih berdirinya Kerajaan Banjar.(ant/mkf)
 


Terkait