Warta

Tak Perlu Dikotomi Islam dan Nasionalis

Sabtu, 14 Juni 2008 | 22:17 WIB

Jakarta, NU Online
Dikotomi Islam dan nasionalis, sebaiknya dihilangkan meski secara alamiah, masyarakat Indonesia terdiri atas unsur yang berlatar belakang berbeda. Dan, dengan menghilangkan dikotomi tersebut, maka pembedaan, bahkan pertentangan antarunsur, dapat terhindarkan.

Demikian diungkapkan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Ginandjar Kartasasmita pada Simposium Refleksi 100 Tahun Kebangkitan Nasional di Gedung Nusantara V Komplek Parlemen, Jakarta, Sabtu (14/6).<>

Ginanjar mengemukakan, dikotomi seperti itu perlu dihilangkan karena sulit membedakan antara nasionalis Islam dengan agamais nasionalis. "Bagaimana membedakan nasionalis Islami dan agamis nasionalis? Kan, susah," katanya.

Dia mengatakan, pembedaan yang melahirkan pertentangan antarunsur di masyarakat seperti kelompok abangan dan santri, di samping Islamis dan nasionalis. Dikotomi itu sengaja dibuat pihak-pihak asing. "Yang membuat bukan orang Indonesia, penulis-penulis asing," katanya.

"Kadang-kadang, kita malah ikut-ikutan. Alangkah bodoh kita mengikuti genderang mereka. Cobalah kita membangun dengan dada tegak dan muka melihat ke depan. Jangan cuma tunduk dengan ungkapan orang lain," katanya pula.

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid mengingatkan agar tidak terjadi lagi adu-domba, terutama antara kelompok ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an. Hal itu ibarat dua sisi mata uang yang saling menguatkan dan saling mengisi. "Itu dia bagian yang dalam dirinya sekaligus menghadirkan peradaban yang berkeunggulan," katanya.

Dalam konteks ke-Islam-an, Indonesia yang dicita-citakan umat Islam, antara lain, memiliki toleransi beragama dan menjaga kerukunan antar-umat beragama untuk memajukan kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan.

Hidayat mengingatkan jangan sampai stigma dan fitnah yang ditujukan untuk umat Islam menjadikan mereka seperti warga kelas dua. Menurut dia, umat Islam bersama umat beragama lain adalah pemilih sah negeri ini. Karena itu, layak bila umat Islam berada di garda terdepan untuk memajukan negeri ini. (ant/rif)


Terkait