London, NU Online
Untuk menarik kembali dukungan masyarakat, Perdana Menteri Inggris Tony Blair merombak susunan kabinetnya, Jum’at (5/5) menyusul kekalahan Partai Buruh dalam pemilu lokal, Kamis (4/5). Dia “terpaksa” memberhentikan Menteri Luar Negeri Jack Straw dan sejumlah pejabat senior lainnya. Demikian surat kabat AS The Washington Post melaporkan.
Sejumlah pengamat mengatakan, pemberhentian Straw dari jabatannya adalah suatu kejutan. Mereka berargumen, Straw yang juga punya hubungan baik dengan Menlu AS Condoleeza Rice selama perang Irak tahun 2003 lalu, adalah orang yang memberikan instruksi serangan militer atas Irak.
Dengan perombakan itu, “Blair telah mengeluarkan pisau belatinya untuk pertama kali,” ungkap Ben Page, Direktur Pelaksana Ipsos MORI, sebuah lembaga jajak pendapat.
Pengamat lain juga mengatakan, reshuffle itu merupakan tindakan nekad dari seorang pemimpin yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi. Tim Knox, Pusat Studi Kebijakan, sebuah lembaga penelitian yang didirikan tokoh Partai Konservatif, Margaret Tatcher, menyebutnya sebagai “tindakan seseorang yang telah kehilangan sentuhan".
Dalam pemilu lokal kemarin, secara keseluruhan Buruh ditaksir akan memperoleh 26 persen suara, Partai Konservatif 40 persen dan Partai Liberal Demokrat 27 persen. Dari hasil penghitungan suara sementara, Jum’at (5/5) Buruh telah kehilangan 256 kursi dari 4.360 kursi parlemen yang ada. Sebaliknya, oposisi Konservatif memperoleh tambahan 251 kursi. Berbeda dengan Buruh, pemilu lokal kali ini menjadi kemenangan terbaik Konservatif sejak 1992.
Meski bersifat lokal, pemilu itu menjadi barometer masa depan Buruh dan PM Blair. Disinyalir, rakyat Inggris memanfaatkan pemilu lokal untuk “menghukum" pemerintah atas berbagai kebijakan yang diambil. (dar)