Sebuah pilot program khusus bagi Imam di Berlin, Jerman, dilaksanakan untuk membantu komunitas Muslim berbaur dengan arus besar masyarakat Jerman. Politik Jerman, sejarah dan cara hidup adalah fokus dari program tersebut.
"Dalam kekinian, imam tidak bisa lagi hanya sebagai tempat bertanya masalah agama," ujar Guenter Piening, Komisioner Integrasi Berlin seperti yang dikutip oleh IOL. "Mereka juga harus mampu memahami pertanyaan seputar kehidupan sehari-hari," imbuhnya.<>
Sekitar 25 imam dari seluruh ibu kota negara bagian sejauh ini telah mendaftr untuk mengikuti program pertama secara sukarela yang akan dimulai Oktober minggu ini.
Tujuan program adalah membuat pemimpin Muslim mendapat informasi lebih baik tentang cara hidup di negara mereka tinggal.
Program itu adalah inisiatif dan pengembangan dari Forum Islam Berlin, sebuah organisasi yang didirikan tahun 2005 untuk meningkatkan hubungan harmonis antara Muslim dan non-Muslim di kota tersebut.
Pemerintah federal Jerman dan Uni Eropa pun mendanai skema program pertama di Berlin tersebut. Selama kursus--yang terdiri dua pertemuan setiap minggu--para imam akan mendapat sesi tentang sejarah Jerman dan kehidupan sosial di sana.
Sebagai tambahan, partisipan akan mengunjungi Bundestag, salah satu kamar di perlemen dan melibatkan diri dalam diskusi dengan sistem politik demokrasi Jerman.
Pemerintah Jerman menyatakan dengan pasti jika program itu sejauh ini diterima oleh komunitas Muslim dan masyarakat lebih luas. "Kami telah menerima respon sangat positif baik dari komunitas agama dan non-agama," ujar Piening.
Ia menambahkan jika negara bagian lain di Jerman mengekspresikan ketertarikan untuk melakukan program serupa untuk imam di kota mereka. Sementara bagi pemimpin Muslim, ikut ambil bagian dalam kursus akan membantu komunitas mereka untuk dapat berbaur dengan masyarakat arus besar.
Saya termotivasi untuk mengikut program, karena imam memiliki tanggung jawab besar dalam situasi saat ini," ujar Suat Oezkan, salah satu imam partisipan.
Oezkan yang bekerja sebagai presenter televisi di tanah kelahirnnya Turki, percaya jika program pendidikan seperti kursus di Berlin akan membantu memecahkan tembok penghalang, dan akhirnya membantu pemahaman lebih baik dari berbagai komunitas berbeda.
"Progam menawarkan banyak dukungan dan itu cara yang sangat bagus untuk menciptakan kondisi lebih transparan antar warga dari berbagai keyakinan," tandas Oezkan.
Jerman saat ini memiliki 2.250 iman yang mayoritas menerima pendidikan kegamaan di luar karena pelatihan tidak tersedia di Jerman. Sekitar 800 imam di Jerman berasal dari Turki. Negara itu menjadi rumah bagi 3,2 juta Muslim dari total populasi 82 juta penduduk, menjadikan negara berpopulasi Muslim terbesar kedua di Eropa setelah Perancis. (iol/rol)