Puluhan warga yang terdiri pemuda dan mahasiswa Bogor yang tergaung dalam Aliansi Pemuda Bogor (APB), berunjuk rasa di halaman Balaikota dan DPRD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (4/6). Massa mendesak pemerintah segera membubarkan Front Pembela Islam (FPI).
Dalam aksinya, para pengunjukrasa membentangkan spanduk berisi kecaman terhadap kekerasan yang sering dilakukan FPI. Beberapa pengunjuk rasa terlihat membawa bendera Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dan Gerakan Pemuda Kebangkitan Bangsa (Garda Bangsa).<>
Mereka juga membagikan pamflet berisi desakan kepada pemerintah agar segera membubarkan FPI, karena keberadaannya meresahkan masyarakat dan mengganggu ketertiban umum. Demikian dilaporkan Kontributor NU Online, Ahmad Fahir.
Pengunjuk rasa diterima sejumlah anggota DPRD setempat, di antaranya, Yayu Wahyuddin dan H Mulyana (Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan Fauzi Sutopo (Fraksi Partai Amanat Nasional).
“Kami sependapat dengan saudara-saudara sekalian, bahwa setiap tindakan kejahatan dan kekerasan yang dilakukan siapa pun harus ditindak secara tegas. Indonesia negara hukum, jadi tidak boleh yang ada dengan seenaknya melakukan anarki dan melanggar konstusi,” kata Yayu.
Yayu juga mendukung aspirasi yang disampaikan para pengunjukrasa, agar FPI dibubarkan. “Kami mendukung pembubaran FPI. Hanya prosedurnya harus ditempuh,” tegasnya.
Fauzi Sutopo menambahkan, “Saya juga turut prihatin atas kekerasan yang sering dipertontonkan FPI. Hal ini tidak benar, karena Islam tidak mengajarkan kekerasan. Para pelaku kekerasan dengan dalih apa pun harus ditindak secara hukum.”
Syahroni, koordinator aksi menyampaikan, pihaknya menuntut pembubaran FPI bukan hanya terkait kerusuhan Monas. Menurutnya, FPI sudah sangat sering melakukan kekerasan dan meresahkan masyarakat.
“FPI dibentuk untuk melakukan anarkisme. Itulah falsafah perjuangan dan doktrin mereka. Jangan heran, sejak berdiri tahun 1998 lalu, mereka sering melakukan kekerasan. Kerusuhan Monas hanya bagian kecil dan contoh kasus premanisme yang dipertontonkan FPI,” ujarnya.
Hemat Sahroni, selain kasus Monas, FPI juga sering melakukan kekerasan terhadap kelompok lain yang bebeda pandangan. “Tahun lalu FPI mengusir Gus Dur di Purwakarta, merusak kantor LSM di Cirebon, dan men-sweeping turis asing. Kalau diruntut hingga tahun 1998, sangat banyak kekerasan yang dilakukan,” papar Sahroni. (rif)