Warta

Zakat Bisa Picu Krisis 2011

Kamis, 27 Januari 2011 | 13:00 WIB

Jakarta, NU Online
Zakat ternyata bukan saja sekedar kewajiban umat Islam untuk  menunaikan rukun Islam ketiga, melainkan memiliki manfaat yang lebih besar, yaitu mengatasi inflasi dan kemiskinan. Yaitu kenaikan harga secara umum, atau sebagai penurunan daya beli masyarakat. Di mana makin tinggi kenaikan harga-harga, makin turun nilai uang di masyarakat, yang berujung terjadinya krisis.

“Tidak optimalnya zakat itu karena pemerintah masih setengah hati memanfaatkan zakat untuk mengentaskan kemiskinan,” tutur direktur statistik harga BPS RI Sasmito Wibowo dalam seminar “Ancaman Inflasi dan Dampaknya Terhadap Penurunan Kesejahteraan Rakyat” di FPG Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (27/1).
<>
Padahal lanjut Sasmito selama ini zakat itu mampu membantu mengentaskan kemiskinan sampai 18 %, sedangkan 60 % nya hanya untuk konsumsi. Karena itu potensi zakat masih besar. Sementara pembayar zakat masih banyak yang menginginkan dampak langsung, kredibilitas pengelola zakat belum maksimal, zakat lebih banyak untuk konsumsi dan kurangnya koordinasi, singkronisasi dan integrasi.

“Jadi, pemerintah, lembaga keagamaan dan masyarakat perlu memanfaatkan zakat sebagai sarana pengentasan kemiskinan yang signifikan. Mengingat rakyat Indonesia mayoritas muslim,” kata Sasmito. Selain itu orang mengaku miskin hanya untuk mendapatkan BLT, pengemis professional dengan penghasilan besar, cepat menyerah mencari kerja karena gaji lebih besar dari pengemis.

Oleh sebab itu menurut Sasmito, perubahan perilaku terkait adanya kemiskinan inti dan permanen melalui pendidikan karakter terhadap kaum miskin diperlukan untuk menurunkan kemiskinan semu tersebut. Seperti di Toronto, Kanada pengemis seharinya bisa mendapatkan 190-200 dollar AS dan di Surabaya bos pengemis mempunyai mobil, sepeda motor dan empat rumah.

Yang pasti kata Vivi Alatas dari Bank Dunia, terjadinya inflasi dalam beberapa bulan terakhir ini akibat harga beras dan cabai terus melonjok sampai 16 % dan inflasi ini akan terus mengancam di tahun 2011. Namun demikian pemerintah diminta tidak mengintervensi harga-harga khususnya padi dan beras, mengingat kondisinya belum tepat.

Juga pemerintah perlu melakukan adalah menyediakan beras, intensifkan pengadaan beras oleh Bulog untuk menormalkan harga, menyediakan benih pada, penyuluhan, informasi pasar dan harga, teknologi pertanian diperluas, mengelola sumber daya air dan infra struktur pertanian sampai ke pasar dalam jangka panjang, menengah dan pendek.

Itu penting. Sebab menurut Vivi Alatas harga-harga pangan dan energy di dunia internasional kini terus naik dan pemerintah harus segera mengantisipasi.” Kalau tidak, kemungkinan krisis tahun 2008 akan terulang kembali akibat naiknya bahan makanan dan energy (BBM) saat ini,” ujarnya khawatir.(amf)


Terkait