Wawancara

“Negara Ini Mau Jadi Apa, Tergantung Bagaimana Pemudanya”

Kamis, 19 Mei 2016 | 03:00 WIB

“Negara Ini Mau Jadi Apa, Tergantung Bagaimana Pemudanya” 

Pemuda sebagai pemegang masa depan menjadi unsur penting, termasuk di dalam organisasi GP Ansor. Untuk itu kaderisasi di kalangan muda merupakan salah satu prioritas program yang digagas kepengurusan GP Ansor masa khidmat 2015-2020. Berikut wawancara Kontributor NU Online Kendi Setiawan dengan Ketua Umum PP GP Ansor  H Yaqut Cholil Qoumas (Gus Tutut) di Jakarta.

Gus Tutut, berdasarkan data terbaru kader GP Ansor saat ini 1,7 juta. Melihat banyaknya warga NU dan pemuda-pemuda NU, apakah jumlah ini sudah seimbang dan sudah maksimal?

Ini tantangannya, saya membaca survey  jumlah warga NU itu 60 juta. Nah kalau baru 1,7 juta, ini masih kurang banyak. Kita nggak akan berhenti melakukan kaderisasi, karena ini juga menjadi visi kita memperkuat kaderisasi. Kita akan terus-menerus melakukan kaderisasi. 

Negara ini mau jadi apa, tergantung bagaimana pemudanya. Presiden Soekarno pernah bilang “Berikan saya sepuluh pemuda, maka akan saya guncang dunia.” Dalam konteks GP Ansor saya kira penting melakukan kaderisasi. Mengapa? Karena GP Ansor ini akan menjadi masa depan NU sekaligus NU masa depan. Jadi kalau Ansor tidak benar dalam melakukan kaderisasi, maka ke depan NU pun tidak akan benar dalam mengelola organisasi dan tentu kepentingan-kepentingannya. 

Kaderisasi ini menjadi sangat penting, karena GP Ansor itu NU masa depan dan masa depan NU. Jadi bentuk NU ke depan itu tergantung bentuk GP Ansor hari ini, saya kira itu.

Sejauh ini upaya apa yang dilakukan untuk mengikat anak muda agar mau bergabung dengan GP Ansor?

Memang menjadi berbeda mengajak sahabat muda di pedesaan itu jauh lebih mudah daripada di perkotaan. Orang kota itu biasanya lebih apatis, tidak peduli, apalagi dengan GP Ansor sebagai organsiasi yang dicitrakan berafiliasi ke NU yang masih dianggap sebagian  orang sebagai organisasi tradisional, dan sebagainya. Tentu kita punya cara bagaimana mengajak pemuda terutama nahdliyin  untuk gabung dengan GP. 

Kalau di desa bikin pengajian tokohnya NU kiai NU kita tampilkan di pengajian, lalu kita ajak pemudanya, pasti mau. Tetapi di kota jauh lebih sulit karena di kota itu lebih banyak apatis. Kita punya beberapa strategi, salah satuya kita gandeng public figure untuk bergabung di GP Ansor. Salah satu daya tarik pemuda kota untuk bergabung. 

Sebagai contoh di Jakarta misalnya, kita ajak Al dan El putra Ahmad Dani. Mereka (Al dan El) sudah mengikuti kaderisasi PKD (Pelatihan Kader Dasar) sekarang resmi menjadi anggota GP Ansor. Tiap PKD kita tampilkan Al dan El untuk menarik anak muda kota mau bergabung dengan Ansor. Harapan kita ini menjadi salah satu daya tarik selain tentu saja konsistensi dalam mempertahankan NKRI, Pancasila, dan ahlusunnah waljamaah.

Bagaimana upaya menyinergikan GP Ansor dengan banom/lembaga NU yang lain? 

Ya kita akan selalu  jalin komunikasi karena sinergi tidak akan terwujud tanpa adanya komunikasi. Alhamdulillah, selama ini kita juga berkomunikasi dengan baik terutama dengan induk kita, PBNU. Komunikasi dengan banom-banom lain sebisa mungkin kita lakukan, karena kita berharap sinergi organisasi bisa terwujud.

Kalau dengan swasta dan pemerintah seperti apa, Gus?

Dengan pemerintah tentu kita lakukan sinergi-sinergi juga. Banyak ya kita misalnya terkait dengan bela negara kita punya MoU dengan Kementerian Pertahanan, dalam rangka melakukan upaya kegiatan bela negara. Dan pihak sewasta juga kita lakukan selama ada hubungan yang saling menguntungkan bagi kami maupun pihak swasta. Kita tidak menabukan itu. Itu sah-sah saja.

Terkait dengan adanya isu, dan bukan hanya isu tetapi fakta, akhir-akhir ini tentang adanya upaya pihak-pihak yang ingin menggeser Pancasila dari NKRI, apa yang disiapkan GP Ansor ke depan?

Siapa pun yang hidup di Indonesia, yang menghirup udara Indonesia, makan dari bumi Indonesia tetapi tidak menerima ideologi Pancasila, dan bentuk NKRI, harus keluar, pergi Indonesia. Kalau mereka tetap nggak mau, Banser/Ansor siap untuk mengusir mereka.

(Kendi Setiawan)


Terkait