Daerah

Habib Hasan: Shalat Adalah Hiburan bagi Orang Khusyuk

Jumat, 23 Agustus 2019 | 10:30 WIB

Habib Hasan: Shalat Adalah Hiburan bagi Orang Khusyuk

Habib Hasan bin Ismail al-Muhdhor saat menjadi pengasuh pengajian kitab Qobasun Nuril Mubin min Ihya’i Ulumiddin dalam Pengajian Majelis Al-Muwashalah di Masjid Baitunnur kompleks Pesantren Nuris Antirogo, Sumbersari, Jember Jawa Timur, Kamis (22/8).

Jember, NU Online 
Secara umum orang melaksanakan shalat terasa berat. Kalau tidak takut dosa, niscaya banyak orang yang meninggalkan shalat. Namun  bagi orang yang khusyuk, melaksanakan shalat adalah suatu kenikmatan.

Demikian disampaikan oleh Habib Hasan bin Ismail al-Muhdhor saat menjadi pengasuh pengajian kitab Qobasun Nuril Mubin min Ihya’i Ulumiddin dalam Pengajian Majelis Al-Muwashalah di Masjid Baitunnur kompleks Pesantren Nuris Antirogo, Sumbersari, Jember Jawa Timur, Kamis (22/8).

Menurutnya, dalam Al-Qur’an Allah mengakui bahwa melaksanakan shalat adalah sesuatu yang berat bagi manusia. Namun, tidak dengan orang-orang yang khusyuk. Mereka menjadikan shalat sebagai ‘hiburan’ sehingga tidak merasa berat. 

“Orang yang khusyuk shalatnya, justru sangat nikmat saat melakukan shalat. Shalat jadi hiburan seperti Sabda Nabi Muhammad  ‘Hiburlah aku dengan shalat wahai Bilal’,” ucapnya.

Habib asal Probolinggo itu menegaskan, orang yang terhibur pasti merasa senang dan gembira. Bahkan ia bisa lupa segalanya selain hiburan itu sendiri. Maka shalat bagi orang yang khusyuk juga begitu. 

Ia kemudian mengungkapkan sejumlah fakta yang pernah menimpa para ulama wali Allah. Misalnya KH Muhamamd Hasan Genggong, Probolinggo. Dikatakan Habib Hasan, saat sakit parah, Kiai Muhammad tidak bisa apa-apa, bahkan duduk saja susah. Tapi ketika adzan berkumandang, ia tiba-tiba sehat, dan langsung bergegas untuk melaksanakan shalat. Ketika usai shalat, beliau sakit lagi.
 
“Itu karena beliau saking senangnya ketika masuk waktu shalat. Bagi beliau shalat adalah pekerjaan yang menghibur. Kalau kita kebanyakan saat ada adzan sakit, padahal sebelumnya sehat-sehat saja,” terangnya.

Selain itu, Habib Hasan al-Mudhor juga membeberkan kisah yang dialami Habib Hasan bin Sholeh al-Bahar. Katanya, suatu ketika Habib Hasan al-Bahar terkena penyakit tumor di punggungnya yang cukup parah. Bahkan dokter menganjurkanya untuk dioperasi agar sel tumor tidak merambah ke mana-mana di tubuhnya. Namun Habib Hasan al-Bahar menolak jika harus diberi obat penghilang nyeri dan penghilang kesadaran saat dioperasi. 

“Kalau saya tidak  sadar, saya tidak mau, saya tidak mau lupa kepada Allah (jika tak sadar),” katanya menirukan kata-kata Habib Hasan bin Sholeh al-Bahar kepada dokter.

Sampai di situ mentok. Tidak ada jalan keluar. Padahal tumor Habib Hasan al-Bahar begitu ganas, dan bisa berakibat fatal jika dibiarkan. Tiba-tiba, anak Habib Hasan al-Bahar usul bahwa ayahnya bisa dioperasi saat Shalat Dhuha. Sebab biasanya kalau shalat, ayahnya lupa segalanya kecuali Allah. Selain itu, dia Shalat Dhuha lama sekali karena surat yang dibaca berjuz-juz.  

“Maka saat  takbiratul ihram, mulailah si dokter merobek bajunya di bagian belakang. Dilanjutkan dengan menyayat tumornya pelan-pelan. Dan itu tanpa dirasa oleh Habib, hingga akhirnya operasi tuntas sebelum shalatnya selesai,” urainya.
 
Pewarta: Aryudi AR 
Editor: Muchlishon