Daerah

Hj Sofiatunnisa Menumbuhkan Pendidikan Berbasis NU

Senin, 10 Oktober 2016 | 08:28 WIB

Brebes, NU Online
Hj Sofiatunnisa, meski bukan seorang guru tetapi keinginannya memajukan dunia pendidikan sangat getol. Terbukti sejak masih duduk di bangku Madrasah, sudah senang mulang ngaji. Dia sangat trenyuh, saat belajar mengaji ketika mendapat kepercayaan dari ustadznya untuk menggladi  teman-teman sebayanya yang ikut ngaji.

“Saya bangga ketika disuruh Pak Kiai untuk menggladi teman-temanku, saya duduk di tengah-tengah di antara mereka bagai seorang guru,” ungkap Nyai Hajjah Sofiatunnisa ketika memulai perbincangan dengan penulis di rumahnya, kawasan Pondok Pesantren Shofwatussu’ada, kampung Krajan Rt 02 Rw 02 Desa Bumiayu, Kecamatan Bumiayu, Brebes.

Sejak duduk dibangku Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nahdlatul Ulama (NU) Bumiayu, dia sudah tamat Juz Amma. Dari situlah kemudian mendapat kepercayaan dari Pak Kiai di mana dia belajar mengaji untuk membantu, mengajar teman-teman sebayanya. “Sangat seru ngaji jaman dulu, sebab sebelum subuh saja sudah berangkat sambil membawa obor,” kenang wanita kelahiran Bumiayu tahun 1948.

Sangkin senangnya mengaji, Nyai Sof, demikian panggilan akrabnya pernah di-wedeni, berupa Jin yang tinggi besar sedang sembahyang di atas batu pinggir kali. “Saking takutnya, kami lari tunggang langgang,” kenangnya sembari tertawa kecil. 

Nyai Sof hanya menempuh pendidikan di MI NU Bumiayu, selanjutnya ke SD 1 Ta’alamul Huda Bumiayu dan melanjutkan mondok ke Tambak Beras Jombang Jawa Timur selama 4 tahun. 

Dari pesantren, dia satu kamar dengan Shinta Nuriyah yang juga Istri Presiden Abdulrahman Wahid (Gus Dur). Sepulang dari Pondok, Nyai Sof langsung menikah dengan sang Suaminya kini, Kiai Said Yaqub (Alm). “Sementara Bu Nur (biasa Nyai Sof menyapa Shinta Nuriyah), melanjutkan ke IAIN Yogyakarta,” terangnya.

Shinta Nuriyah juga melakukan penelitian tentang pendidikan Islam di Bumiayu, sembari menginap di rumahnya selama 2 minggu. Hingga  sekarang komunikasinya terus lancar, bahkan ketika Buka Puasa Bersama di Pesantren Al Hikmah 2 Benda pada Ramadhan 2015 lalu, Nyai Sof mendampingi Shinta Nuriyah, seakan-akan reuni. 

Ilmu yang didapat dari tambak beras, langsung Nyai Sof curahkan sepenuhnya untuk para santri di Pondok Shofwatussu’ada, yang dia kelola bersama sang suami. “Kami tidak ingin anak-anak pegunungan tidak mengenyam pendidikan, semua harus menimba ilmu, sehingga ahlak dan derajatnya makin meningkat,” tuturnya.

Ibu dari H Mukson, H Kholili, H Lisa Khulasoh, Hj Umi Johara dan Arif Rachman ini selanjutnya mendirikan sekolah umum SMK Al Huda, 100 meter dari pondok dan rumah tinggalnya. 
Sebagai anak pertama dari 11 bersaudara, Sofiyah muda, menjadi tumpuan keluarganya. Maka dia bertanggung jawab penuh dengan segala resiko apapun yang menjadi keputusan di manajemen keluarganya. Termasuk keputusan untuk mengelola pendidikan yang tergabung dalam yayasan. Hingga kini, yayasan yang dikelolanya bergerak dalam dunia pendidikan seperti TK/PAUD Khoerunisa, Madrasah Diniyah Khoerunisa, TPQ Khoerunisa, Majelis Taklim Khoerunisa, SMK Al Huda dan Pondok Pesantren Shofwatussu’ada. 

Yang paling berkembang adalah SMK Al Huda Bumiayu dengan jumlah siswa mencapai 948. Mereka tersebar di jurusan Busana Batik, Teknik Komputer Jaringan dan Teknik Sepeda Motor Honda. Padahal, awal mula SMK ini berdiri hanya mendapat 25 siswa dan pada putus sekolah sehingga tinggal 16 siswa. 

“Saya hanya modal nekad, karena pengin memajukan pendidikan. Saya tidak putus asa dan berkomitmen membayar gaji guru walau dengan uang pribadi, akhirnya guru-guru pun semangat terus dan lambat laun maju seperti sekarang ini,” ucapnya. 

Ketika menjadi Anggota DPRD Brebes dari Fraksi PKB periode 1999-2004, dia tetap getol memperjuangkan dunia pendidikan. Kebetulan juga berada di Komisi E yang membidangi pendidikan, maka perjuangan Nyai Sof tidak pernah pupus, termasuk melakukan advokasi pendirian SMP Negeri 4 Bumiayu. “Saya harus berjuang mati-matian agar SMP 4 Bumiayu bisa berdiri demi keberlanjutan anak-anak Bumiayu menempuh pendidikan dasar 9 tahun,” tekadnya.

Di Muslimat NU, Nyai Sof juga dipercaya menjadi Ketua Yayasan Pendidikan PC Muslimat NU Kabupaten Brebes. Sebelumnya, menjadi Ketua PAC Fatayat NU Bumiayu hingga 4 periode, selanjutnya dipercaya menjadi Wakil Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Brebes. 

Seiring perjalanan usia, dia menjadi Wakil Ketua PC Muslimat NU. Dia menolak menjadi Ketua Fatayat maupun Muslimat di tingkat Kabupaten dengan alasan keterbatasan waktu dan jarak ke kota Kabupaten yang terlalu jauh. “Jarak tempuh ke kota Kabupaten menjadi persoalan tersendiri bagi warga Bumiayu, termasuk saya,” kata Nenek bercucu 15 ini. 

Dia bangga dengan kondisi masyarakat Bumiayu yang bersemangat luar biasa menempuh pendidikan, terutama pendidikan Islam. Ratusan pondok pesantren berdiri di wilayah Bumiayu dan sekitarnya. Termasuk berdirinya tiga perguruan, mentasbihkan Bumiayu sebagai Kota Santri, Kota Pendidikan Islam. Di sana sini berdiri pondok pesantren dan sekolah, tetapi semuanya berjalan dengan baik dan tidak ada masalah kecemburuan dalam mengelola pendidikan. “Semua berfastabikhul Khoerot,” pungkasnya. (Sri Defi/Mukafi Niam)