Daerah

KMF Jakarta Inginkan Jadi Organisasi Formal

Ahad, 4 Desember 2005 | 12:54 WIB

Jakarta, NU Online
Keluarga Mathali’ul Falah (KMF) Jakarta inginkan dirinya menjadi organisasi formal. Perkumpulan alumnus Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kabupaten Pati Jawa Tengah itu ingin agar KMF Jakarta tidak hanya menjadi forum kangen-kangenan saja.
 
Keinginan itu terungkap melalui diskusi dalam acara Reuni dan Halal Bi Halal yang diselenggarakan oleh KMF Jakarta di gedung PBNU lantai 8 Jl Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Ahad (4/11). Hadir juga sebagai narasumber dalam acara bertajuk Silaturrahmi Menuju Pemberdayaan Potensi KMF, Drs Munir Sonhaji (Dosen UIN Jakarta), Nurul Yaqin dan Abu Soleh (keduanya pengusaha yang juga alumnus pesantren Mathali’ul Falah)

Munir Sonhaji dalam paparannya menungkapkan kesetujuannya terkait dengan pembentukan lembaga formal itu. Menurutnya hal itu sangat penting dilakukan. Pasalnya, selama ini KMF tidak lebih layaknya paguyuban saja. Padahal di dalamnya terdapat potensi-potensi yang jika dikelola dengan baik akan menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat.

<>

Setidaknya ia menyebut jaringan alumni yang tersebar di seluruh wilayah DKI Jakarta. “Alumnus kita kan banyak yang jadi orang sukses. Mulai yang berprofesi wiraswasta, aktifis partai dan organisasi, guru/dosen dan mahasiswa. Itu kan potensi, harus dikembangkan dalam rangka memajukan Perguruan Islam Mathali’ul Falah”, ungkapnya.

Namun demikian, Munir Sonhadji menambahkan, jika nanti disepakati KMF akan dijadikan lembaga atau organisasi formal, harus terlebih dahulu diperjelas apa tujuan atau orientasi yang ingin dicapai. Jangan sampai KMF menjadi menjadi organisasi formal tapi tidak jelas visi dan misi yang diinginkan.

Selain itu, diskusi juga berkembang pada pembicaraan seputar apa yang akan menjadi fokus garapan KMF jika sudah menjadi organisasi formal. Mengenai hal itu terdapat banyak tawaran, di antaranya garapan pada bidang pendidikan, ekonomi dan sosial.

Pada diskusi tersebut pilihan-pilahan itu belum menacapai kesepakatan. Namun setidaknya ada beberapa kecenderungan yang mengarah pada dua pilihan, yakni bidang ekonomi dan sosial. Kedua pilihan tersebut dirasa cukup tepat mengingat di PIM terdapat potensi pada kedua bidang tersebut. Hanya tinggal pengelolaannya.

Menanggapi hal itu, Munir Sonhadji mengatakan bahwa pilar sebuah lembaga pendidikan seperti PIM adalah kemandirian. Kemandirian yang ia maksud setidaknya ada 2 aspek, yakni aspek kemandirian dalam kurikulum dan kemandirian dalam bidang ekonomi.

Aspek yang pertama ia menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan sekarang harus berorientasi pada kemandirian. Hal itu menurut Munir Sonhadji terkait dengan kurikulum pendidikan nasional yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). “Semangat yang terkandung dalam KBK itu kan menuntut adanya kemandirian”, tandasnya.

Aspek yang kedua adalah kemandirian dalam bidang ekonomi. Hal itu, kata Munir Sonhadji juga berlaku bagi PIM sebagai sebuah lembaga pendidikan. PIM, menurutnya harus mampu secara mandiri mencari dan mengelola keuangan sebagai sebuah upaya mengembangkan dunia pendidikan.

Di akhir acara diskusi tersebut juga dibentuk tim formatur yang akan mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka menjadikan KMF sebagai sebuah organisasi formal. Tim formatur yang terdiri dari 11 orang tersebut selanjutnya akan mengadakan pertemuan guna membicarakan proses pembentukan organisasi tersebut. (rif)