Ma'had Aly Situbondo, dan Tradisi Awal Bahtsul Masail Daring di Lingkungan Pesantren
Senin, 8 Juni 2020 | 06:08 WIB
Situbondo, NU Online
Untuk sementara ini, pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai aspek tatanan kehidupan manusia, terlebih setelah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) oleh pemerintah. Dengan adanya aturan tersebut maka segala kegiatan dipindah menjadi dalam jaringan (daring), tidak bisa lagi dilakukan secara langsung. Mulai dari rapat negara, forum diskusi, pengajian, hingga pembahasan keagamaan yang melibatkan banyak orang; bahtsul masail.
Bahtsul Masail adalah forum khas Nahdlatul Ulama yang membahas seputar persoalan keagamaan yang terjadi di tengah masyarakat. Normalnya, kegiatan bahtsul masail diselenggarakan di suatu tempat dan melibatkan berbagai pakar. Namun untuk menghindari penyebaran covid-19 yang begitu massif, kegiatan bahtsul masa’il dipindah menjadi daring.
Ma’had Aly Situbondo, Jawa Timur bisa dikatakan satu-satunya dan mungkin yang pertama dalam sejarah yang memfasilitasi penyelenggaraan bahstul masail secara daring. Bahstul Masa’il yang dihelat pada hari Ahad, (7/8) kemarin diikuti oleh santri, alumni, dan pengasuh pesantren dari berbagai daerah.
Menurut Dony Ekasaputra, selaku Kepala Bidang Publikasi dan Penelitian Ma’had Aly Situbondo, kegiatan tersebut diselenggarakan sebagai bentuk tanggung jawab keilmuan Ma’had Aly Situbondo sebagai lembaga pendidikan tinggi khas pesantren di Indonesia. Lebih-lebih sebagaimana diketahui Ma'had Aly Situbondo adalah salah satu perguruan tinggi di lingkungan pesantren tertua yang ada di Indonesia, sehingga apa yang diselenggarakan Ahad kemarin sesungguhnya adalah wujud percontohan untuk Ma’had Aly lainnya agar selalu survive dengan tantangan zaman.
Turut hadir juga dalam acara tersebut Dr KH. Abdul Moqsith Ghazali, Wakil Ketua LBM PBNU. Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengemukakan bahwa forum bahstul masail menjadi aktivitas keilmuan yang selalu dinanti.
“Ini adalah acara yang sangat penting bagi saya pribadi. Oleh karena itu, momen seperti ini selalu saya tunggu dari aktivitas Ma'had Aly Situbondo, yaitu aktivitas perjumpaan keilmuan,” ujar Kiai Moqsith.
Selain Kiai Moqsith, tampak hadir Kiai Imam Nakha'i, Kiai Nawawi Tahbrani, Kiai Nuruddholam, Kiai Khairuddin Habzis, dan Kiai Badrut Tamam. Nama-nama itu hadir bertindak sebagai perumus dalam forum Bahtsul Masa'il daring tersebut dengan tema; Salat Jumat Dua Gelombang di Era New Normal.
Sementara itu, di kursi musahhih ada KH Afifuddin Muhajir, Wakil Pengasuh Pesantren Sukorejo sekaligus Rais Syuriyah PBNU, Dr. Abdul Jalal, Prof KH. Abu Yasid, Dr Muhyiddin Khotib, dan Kiai Ahmadi Muhammadiyah.
Bahtsul Masail Ma’had Aly Situbondo menjadi pembuktian bahwa santri dan kiai bukanlah kalangan yang gagap teknologi, ia mampu menyesuaikan diri menghadapi perubahan zaman.
Kontributor: Ahmad Husain Fahasbu
Editor: Zunus Muhammad
Terpopuler
1
Ini Amalan Jumat Terakhir Bulan Rajab, Bisa Jaga Keberkahan Rezeki Sepanjang Tahun
2
Khutbah Jumat: Jagalah Shalat, Maka Allah Akan Menjagamu
3
Khutbah Jumat: Mengenal Baitul Ma’mur dan Hikmah Terbesar Isra’ dan Mi’raj
4
7 Penerima Penghargaan Pesantren dalam Malam Anugerah Pendidikan NU
5
Khutbah Jumat: 4 Hikmah Pemilihan Baitul Maqdis sebagai Tempat Isra Nabi Muhammad SAW
6
Khutbah Jumat: Keutamaan Menjaga Shalat
Terkini
Lihat Semua