Melihat Tradisi Mercon di Pondok Mantenan Blitar, Jadi Penanda Waktu Buka Puasa
Selasa, 4 Maret 2025 | 18:00 WIB
Blitar, NU Online
Jalanan begitu lengang ketika memasuki Desa Slemanan, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Namun saat tiba di Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam Mantenan, suasana begitu ramai. Di sekitar perempatan menuju pondok, terdapat lalu lalang pengendara yang tak pernah henti. Lebih-lebih saat momen Ramadhan yang membuat para pemburu takjil berkeliaran begitu sistematis.
NU Online mencoba lebih dekat dengan Pondok Mantenan, pada Ahad (2/3/2025). Pondok ini terkenal dengan suluk (tarekat) dan shalat tarawih 23 rakaat dalam 7 menit. Selain itu tradisi mercon atau petasan di pondok ini begitu khas. Pondok yang didirikan kakek buyut Gus Iqdam, yaitu KH Abdul Ghofur, pada 1907 ini memang memiliki tradisi mercon sejak lama.
NU Online tiba di pondok saat azan magrib berkumandang, lalu berbuka puasa dan shalat magrib berjamaah. Suasananya hening dan ruang dalam masjid langsung penuh jamaah. Rerata jamaahnya usia sepuh.
Menurut Mursani (57), jamaah asal Kediri, jamaah sepuh tersebut merupakan santri suluk (tarekat). Mereka datang dari berbagai wilayah untuk mondok thariqah. Ada juga yang hanya sekadar mengikuti pasan Ramadhan.
Baca Juga
Sensasi Shalat Tarawih Tercepat di Dunia
Semula, pesantren ini tampak sepi. Namun ternyata ketika bakda magrib, terdapat pengajian umum. Jamaah berdatangan, lalu mengisi seluruh shaf yang ada hingga ke belakang, berjajar di atas tikar terpal. Setelah itu barulah mercon dinyalakan silih berganti.
Dengan antusias, anak-anak menyalakan mercon dari berbagai ukuran. Suara mercon dari yang terkecil hingga ala meriam bambu silih berganti memekakkan telinga. Walaupun begitu, tidak ada satu pun jamaah yang protes, termasuk pengasuh pondok.
Menurut Misbachul Munir (47), salah seorang santri senior mengatakan bahwa tradisi mercon itu telah ada sejak era Mbah Kiai Abdul Ghofur (Pendiri Pondok Mantenan). Entah sejak kapan, tradisi mercon ini merupakan penanda waktu berbuka puasa.
Tradisi mercon ini justru hingga kini masih berlaku. Antusiasme dan euforia bermain mercon memang seperti menjadi kebiasaan. Bahkan beberapa orang merasa ngeri karena suaranya yang keras. Tidak salah ketika beberapa orang mempertanyakan peran Polisi, apakah belum pernah ke pondok ini?
Menurut Misbachul Munir yang mondok di Mantenan pada 1992, tradisi mercon seolah telah mendarah daging. Bahkan setelah shalat Ied, mercon seolah menjadi hidangan wajib untuk dinyalakan. Sementara Polisi tidak berani datang karena tradisi mercon ini dilakukan hanya di sekitar depan masjid pondok saja. Bahkan nama Mantenan itu sendiri hanya bangunan yang terdapat di dalam areal pondok.
Keberadaan tradisi mercon ini menjadi keunikan tersendiri. Terlepas soal keamanan dan keselamatan, yang jelas suara mercon dan Ramadhan telah menjadi hidangan khas di Pondok Mantenan. Lebih lagi shalawat salalahuk yang mengalun merdu ketika shalat tarawih usai.
Kontributor: Woko Utoro
Terpopuler
1
Bacaan Doa Kamilin Lengkap dengan Latin dan Terjemah, Dibaca Setelah Shalat Tarawih
2
Ragam Versi Doa Buka Puasa, Lengkap dengan Latin dan Terjemahnya
3
Ngaji Daring Ramadhan Bareng Kiai NU: dari Gus Mus, Kiai Afif, Gus Hilmy, hingga Gus Ulil
4
Kultum Ramadhan: 7 Amalan Spesial di Bulan Ramadhan untuk Pahala Berlipat
5
Kultum Ramadhan: Jangan Lewatkan Keberkahan Sahur dan Buka Puasa
6
Berikut Jadwal Ngaji Daring Bersama NU Online Selama Ramadhan 2025
Terkini
Lihat Semua