Ghouta, NU Online
Serangan gas beracun yang terjadi di Douma, wilayah paling timur dari Ghouta Timur, pada Sabtu (7/4) sedikitnya menewaskan 70 orang dan mempengaruhi ratusan lainnya, menurut laporan medis setempat. Jumlah korban diperkirakan akan terus meningkat.
White Helmets, kelompok sukarelawan medis yang beroperasi di daerah yang dikuasai oposisi di Suriah, mengatakan bahwa sebagian besar korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak.
“Tujuh puluh orang mati lemas dan ratusan masih tercekik,” Raed al-Saleh, kepala White Helmets dikutip Aljazeera, Ahad (8/3).
Al-Saleh menyebutkan, gas klorin dan gas yang lebih kuat efeknya –yang ia tidak kenali- dijatuhkan di wilayah Douma. Para sukarelawan White Helmet mengevakuasi orang-orang ke daerah lain dengan jalan kaki mengingat kendaraan yang ada tidak berfungsi.
Gejala orang yang terkena serangan gas beracun itu diantaranya ada busa putih di sekitar mulut dan hidungnya, batuk, dyspnea, iritasi intensif pada selaput lendir dan kesulitan bernafas.
Tidak sedikit yang menuding bahwa serangan gas beracun ini dilancarkan oleh pemerintah Suriah dan Rusia untuk mengusir pemberontak yang masih ada di Douma.
Menanggapi hal itu, pemerintah Suriah menyebutkan bahwa tuduhan tersebut adalah tidak benar dan dibuat-buat.
Pada Jumat (6/4), pasukan pro-pemerintah dan sekutu melancarkan serangan udara dan darat ke Douma, kota yang terakhir dikuasai pemberontak di Ghouta Timur. Menurut kantor berita negara Suriah SANA, serangan tersebut merupakan respons terhadap penembakan oleh Jaish al-Islam, kelompok pemberontak yang menguasai Douma. SANA melaporkan, penembakan itu menewaskan empat orang dan merusak properti. Jaish al-Islam menolak tuduhan itu. (Red: Muchlishon)