Oleh: Ahmad Ali MD
Di setiap bulan suci Ramadhan, syiar Islam sangat semarak di berbagai tempat. Di Hong Kong yang dikenal sebagai negeri beton ini, hampir di setiap taman terdapat kegiatan majelis taklim. Majelis taklim ini umumnya merupakan kegiatan rutinan setiap Sabtu, terlebih Ahad, yang anggotanya para Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau Buruh Migran Indonesia (BMI).
Selain itu, banyak pula majelis taklim rutinan yang diselenggarakan di luar kedua hari itu. Di Hong Kong tercatat lebih dari seratus majelis taklim. Dari ratusan itu, sekitar enam puluh majelis taklim di bawah pembinaan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul (PCINU) Hong Kong.
Hong Kong adalah negara di bawah pemerintahan pusat Republik Rakyat Tiongkok (RRT/People's Republic of China), sejak 1 Juli 1997, dengan nama Special Administrative Region (SAR), yakni Wilayah Administrasi Khusus dari pemerintah RRT. Tanggal tersebut dirayakan sebagai Hari Pendirian Hong Kong SAR. Hari nasional lainnya adalah Hari Nasional RRT, 1 Oktober.
Sebelumnya, Hong Kong merupakan negara di bawah pemerintahan Inggris, dari tahun 1842 sampai 1997.
Di Hong Kong, hanya ada lima masjid. Yaitu Masjid Kowloon yang berada di 105 Nathan Road, Tsim Sha Tsui, Kowloon. Di bangunan masjid tertulis dalam tulisan Arab, Al-Masjid Al-Jami' wa-Al-Markaz al-Islâmî. Nama ini menunjukkan bahwa masjid ini menjadi pusat kegiatan Islam, yang dari segi ruang kegiatannya dikatakan terbesar di Hong Kong.
Selain itu ada Ammar Mosque Wan Chai, yang terletak di 40 Oi Kwan Road Hong Kong. Masjid ini merupakan pusat kegiatan Islam, dan menjadi kantor organisasi persatuan Islam semacam Majelis Ulama Indonesia (MUI), Islamic United of Hong Kong, IUHK, dengan websitenya www.iuhk.org.
Tiga masjid yang lainnya, bernama Cape-Collinson Mosque Chai Wan, Jamia Mosque Central yang terletak di 30 Shelley Street, dan Yuen Long Mosque Building, yang lokasinya di Flat A & B, Chuk Bun 1 Tat Fai Path, Yuen Long, NT.
Oleh karena keterbatasan tempat ibadah tersebut, banyak kegiatan taklim diadakan di berbagai tempat di luar masjid. Umumnya diadakan di taman-taman kota, seperti di Victoria Park yang terletak di Causeway Bay Pusat Kota Hong Kong, ada pula di Kowloon Park tepat di sebelah Masjid Kowloon, TST.
Pengalaman pertama berdakwah di Hong Kong adalah mengisi taklim pada Sabtu, 10 Ramadhan 1439 atau 26 Mei 2018, sore hari di Majelis Taklim Sabtu Ceria di Koowlond Park. Letaknya persis bersebelahan dengan Masjid dan Pusat Islam Kowloon.
Selama di Hong Kong, saya tinggal di Sekretariat PCINU Hong Kong, yang terletak di Gedung Flat B 4/F No. 32 Jardine's Bazaar Causeway Bay. Causeway Bay adalah pusat kota Hong Kong.
Untuk menuju ke tempat Majelis Taklim Sabtu Ceria TST menggunakan transportasi MTR (Mass Transit Railway), sistem angkutan cepat di Hong Kong. Rutenya Stasiun Cayseway Bay menuju Stasiun Tsuen Wan turun di Stasiun Tsim Sha Tsui (TST). Sebelum turun di TST, dari Causesay Bay melewati stasiun Wan Cay dan transit di Stasiun Admiralty, kemudian berganti kereta menuju dan turun di Stasiun TST.
Untuk menuju ke Majelis Sabtu Ceria TST tersebut, kita harus keluar melalui pintu A1 naik eskalator kemudian keluar ke arah kiri, dan saat keluar dari pintu ini sudah tampak Masjid Kowloon. Dan posisi Kowloon Park, tempat majelis tersebut diselenggarakan, posisinya persis di sebelah kanan, yakni sebelah utaranya Masjid Kowloon tersebut.
Ada sekitar 50 jamaah perempuan dewasa tergabung di Majelis Sabtu Ceria. Sebelum menyampaikan materi taklim, sebagaimana lazimnya di tanah air, diadakan pembacaan surat Yasin dan Tahlil terlebih dahulu.
Silaturahim, Ngaji, Keutamaan Ramadhan dan Berdoa
Setelah pembacaan surat Yasin dan Tahlil, saya lalu menyampaikan beberapa poin penting. Pertama, tentang silaturahim, bahwa ini merupakan momen penting, kita niatkan untuk silaturahim. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa orang yang ingin dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizkinya, hendaklah ia bersilaturahim.
Kedua, tentang thalabul ilmi, yakni menuntut ilmu. Kita niatkan kehadiran kita ini, selain silaturahim juga tentunya untuk menuntut ilmu, yang merupakan kewajiban yang sangat atas setiap orang Islam.
Hadits Nabi SAW menegaskan:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ)
Menuntut ilmu itu sangat fardhu atas setiap orang Islam--baik laki-laki maupun perempuan (HR Ibnu Majah dari Anas ra).
Bahwa menuntut ilmu itu tidak ada batasan usia dan tidak mengenal kata terlambat. Kapanpun waktunya dan dimanapun tempatnya kita harus selalu berusaha mendapatkan ilmu.
Ketiga, materi tentang keutamaan bulan suci Ramadhan. Satu di antara keistimewaannya, adalah adanya ampunan Allah SWT terhadap semua dosa yang telah lampau. Merujuk pada hadits populer, Nabi SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ (وَفِيْ رِوَايَةٍ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ) إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ).
Siapa pun yang berpuasa Ramadhan (dalam suatu riwayat: siapa pun yang beribadah di bulan Ramadhan) karena landasan iman (keyakinan penuh kepada Allah SWT yang mewajibkan puasa Ramadhan) dan ihtisâb, yakni menggapai ridha dan pahala dari Allah Taala, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lampau (HSR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra).
Sungguhpun demikian, harus menjadi perhatian dan harus dihindari beberapa jenis dosa yang tidak diampuni oleh Allah Taala meskipun di bulan Ramadhan dan meskipun di malam Lailatul Qadar. Selain dosa syirik, yakni menyekutukan Allah SWT dan dosa-dosa besar yang lainnya, ada empat dosa yang lain, tersebut dalam sabda Nabi SAW.
Dalam redaksi hadits panjang melalui sahabat Ibnu 'Abbas r.a. sebagaimana tersebut dalam kitab Tanbîgh al-Ghâfilîn (hlm. 249) karya Imam Abu al-Laits As-Samarqandi, yaitu mudminu khamrin, yakni orang yang mabuk-mabukan, mengonsumsi miras dan sejenisnya, 'âqun li-wâlidaihi (orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya), qâthi'ur rahim (orang yang memutuskan persaudaraan), dan al-musyâhin, yakni al-mushârim, yaitu orang yang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari,--karena di dalamnya ada kebencian.
Memutuskan silaturahim ancamannya tidaklah masuk surga, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ)
Tidaklah masuk surga orang yang memutuskan--persaudaraan (ukhuwwah) (HSR Bukhari Muslim dari Jubair bin Muth'im)
Mengenai makna silaturahim bukan berarti silaturahim dalam arti sempit, menjalin dan memperkuat ikatan persaudaraan kerabat, sebab nasab, yang merupakan ukhuwwah nasabiyyah/qarâbiyyah, melainkan silaturahim dalam arti luas, yakni menjalin dan memperkuat ikatan persaudaraan (ukhuwwah) baik ukhuwwah islamiyyah (persaudaraan seagama Islam), ukhuwwah wathaniyyah (persaudaraan sebangsa setanah air) maupun ukhuwwah insâniyyah (persaudaraan sesama manusia).
Intinya, kita tidak boleh memutuskan silaturahim, tidak boleh memutuskan hubungan persaudaraan dengan sesama Muslim atapun dengan non-Muslim, kecuali karena kita didzalimi. Terutama bagi Ibu-ibu dan saudara-saudara kita yang tinggal di luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI), seperti di Hongkong ini, tentu harus menjalin silaturahim, hubungan persaudaraan dalam arti luas, dalam kerangka kebaikan dan kemaslahatan, yakni kehidupan yang baik.
Dalam konteks menjalin dan memperkuat ukhuwah, persaudaran itulah, Pancasila menjadi pegangan kita, sangat Islami, telah mengajarkan bagaimana kita harus hormat-menghormati dan toleran terhadap orang lain dalam beragama dan melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
Nilai-nilai Pancasila dalam masing-masing silanya sangat penting dalam mengokohkan silaturahim dalam makna yang luas.
Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa; sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; sila ketiga Persatuan Indonesia; sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah dalam Permusyawatan/Perwakilan; dan sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Seluruhnya sejalan dengan nilai-nilai Islam tentang ukhuwah yang harus dikokohkan, sehingga melahirkan banyak manfaat bagi kehidupan yang baik. Bukan kehidupan yang penuh kebencian, anarkisme, radikalisme dan terorisme.
Keempat, tentang doa. Doa penting dilakukan, terutama di bulan suci Ramadhan, dengan mengikuti pedoman berdoa. Dalam buku berjudul Fikih Doa: Pedoman Berdoa Lengkap dan Fadhilahnya terbitan Lembaga Dakwah PBNU April 2018, telah disebutkan pedoman-pedoman doa yang sesuai dengan Aswaja Annahdliyah. Semoga ibadah, aktivitas dan amal shalih kita diterima oleh Allah SWT dan dianugerahi keberkahan,mîn.
Penulis adalah dai dan Pengurus Lembaga Dakwah PBNU yang bertugas dakwah di Hong Kong.