Dari Bekas Tempat Karaoke, Mushala Gangsan Beriman Semakin Aktif Membawa Islam di Taiwan
NU Online · Ahad, 30 Maret 2025 | 13:00 WIB
Gangshan, NU Online
Pembangunan Mushala Gangshan Beriman menjadi sorotan masyarakat migran di Taiwan. Meski tujuan utamanya mulia, yakni menyediakan tempat ibadah yang nyaman dan representatif bagi warga, proses pembangunannya tidak lepas dari berbagai tantangan.
Pembangunan mushala ini sebenarnya sudah direncanakan sejak beberapa tahun yang lalu. Inisiatif ini muncul dari para tokoh masyarakat yang prihatin dengan kondisi masyarakat migran di Taiwan yang kesusahan ketika ingin menjalankan Ibadah. Selain itu, penyediaan mushala juga diperlukan agar kehidupan di Taiwan tepatnya di Gangshan bisa lebih dekat dengan agama.
Hampir rata-rata para pekerja dahulunya adalah penyuka minuman yang memabukkan. Kemudian ada beberapa orang yang ingin menjadi lebih baik dalam beragama. Mereka kemudian bersama-sama berinisiatif untuk membangun mushala.
Baca Juga
Berburu Takjil di Gangshan, Taiwan
Akhirnya beberapa orang mencari tempat yang bisa digunakan sebagai temapt ibadah.Ditemukanlah bangunan di dekat bengkel Yamaha. Tempat ini dapat disewa untuk dijadikan mushala. Tempat ini dulunya adalah warung orang Taiwan dan di lantai 2 merupakan diskotik yang pada saat itu sudah tidak di pakai. Akhirnya didirikanlah mushala di tempat tersebut dengan harga sewa perbulan 18NT atau setara dengan Rp9 juta per bulan.
"Dulu yang ngasih nama Mushala Gangsan Beriman adalah Kang Chivas. Beliau adalah Ketua Mushlla Gangsan Beriman, tapi orangnya sudah pulang ke Indonesia," ungkap Ustadz Abdul Hadi, Imam Mushala Gangshan Beriman dalam perbincangan Ahad (23/3/2025).
Ustadz Abdul Hadi menceritakan bahwa Kang Chavis berpendapat bahwa nama mushala terbiasa memakai nama Arab dan mushala Gangsan harus berbeda.
"Lalu beliau ngasih nama Mushala Gangsan Beriman biar orang-orang Gangsan dan sekitarnya pada beriman kepada Allah," tutur Ustadz Abdul Hadi.
Meski semangat masyarakat cukup tinggi, pengurus mushala menghadapi kendala, utamanya adalah keterbatasan dana. Hingga saat ini, kata Ustadz Abdul Hadi, penggalangan dana untuk penyewaan mushala telah dilakukan melalui berbagai cara.
"Salah satunya yaitu iuran dari para pekerja dan uang pinjaman," lanjutnya.
Ustadz Abdul Hadi juga menceirtakan, meskipun banyak tantangan, masyarakat migran di Taiwan tetap optimistis bahwa mushala ini bisa terwujud.
"Alhamdulillah, sekarang sudah terwujud dan sudah digunakan sebagaimana mestinya. Dengan adanya mushala baru, kegiatan keagamaan seperti pengajian, shalat berjamaah, dan kegiatan sosial lainnya semoga dapat lebih optimal," harapnya.
Selain kendala finansial, perizinan pembangunan juga menjadi salah satu masalah yang dihadapi. Proses pengajuan izin kepada pihak terkait memerlukan waktu yang tidak singkat.
"Beberapa dokumen perlu dilengkapi dan diverifikasi agar pembangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku," cerita Ustadz Abudl Hadi.
Dia menambahkan bahwa Mushala Gangshan Beriman digunakan untuk kegiatan peribadahan seperti shalat 5 waktu, shalat Jum’at dan dan kegiatan keagamaan lainnya.
"Semoga mushala ini segera bisa menjadi pusat kegiatan ibadah yang bermanfaat bagi warga migran di Taiwan," pungkas Ustadz Abdul Hadi.
Nurwahid Pardi – Dai Internasional LD PBNU 2025 dengan penugasan di Taiwan. Program ini didukung NU Care-LAZISNU.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
2
Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dan Kejujuran di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
3
Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi
4
3 Instruksi Ketum PBNU untuk Seluruh Kader pada Harlah Ke-91 GP Ansor
5
Khutbah Jumat: Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan yang Toxic
6
Ketum GP Ansor Kukuhkan 100.000 Banser Patriot Ketahanan Pangan, Tekankan soal Kemandirian
Terkini
Lihat Semua