Hulu Sungai Utara, NU Online
Bupati Hulu Sungai Utara, Abdul Wahid, merespon positif kehadiran Badan Restorasi Gambut (BRG) di Kalimantan Selatan terutama di kawasan gambut yang ada di 16 desa di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Menurutnya, sejak hadirnya BRG di wilayahnya itu, masyarakat sangat antusias melakukan pengembangan program desa.
Status Kabupaten Hulu Sungai Utara yang masih tergolong tertinggal mengakibatkan pendapatan ekonomi daerah masih minim. Sehingga, Abdul Wahid merasa hadirnya BRG sangat membantu membawa dinamika yang sangat baik untuk kemajuan derahnya.
"Dengan hadirnya BRG selain telah ditetapkan adanya 16 desa peduli gambut, desa-desa kami juga mendapatkan pembinaan, jadi kami merasakan masyarakat desa dan desa-desa mendapat dukungan dari BRG, dan masyarakat terlihat antusias," kata Abdul Wahid kepada NU Online, Sabtu (18/5).
Ia mendukung langkah BRG yang kerap terjun di masyarakat untuk mengolah lahan gambut menjadi kawasan yang produktif. Program itu secara bertahap telah menunjukan dampaknya, yakni munculnya petani gambut yang bisa menghasilkan olahan bernilai ekonomi.
"Kami berharap lahan gambut bisa terus dimanfaatkan potensinya oleh masyarakat, dan kami mengakui pemerintah daerah memiliki keterbatasan dalam mengembangkan potensi gambut karena daerah yang sangat terbatas potensi ekonominya," ucapnya.
Selama ini, kata bupati yang tengah menjabat periode kedua ini, kerajinan petani yang dibina oleh BRG banyak diminati oleh berbagai pihak. Mereka adalah petani yang mengolah lahan perikanan dan sayur-sayuran di kawasan gambut di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).
Sebagai kepala daerah tentu ia menginginkan BRG melanjutkan program positif yang telah dilaksanakan selama hampir 4 tahun tersebut. Hal itu sebagai upaya merubah perekonomian masyarakat secara bertahap terutama bagi mereka yang hidup di sekitaran gambut.
Seperti diketahui, BRG merupakan badan yang bertugas untuk mempercepat pemulihan dan pengembalian fungsi hidrologis gambut yang rusak akibat kebakaran dan pengeringan. Â
Ada 7 daerah yang menjadi fokus BRG dalam melaksanakan tugasnya antara lain di Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Papua
Kegiatan restorasi gambut tiga tahun terakhir banyak dilakukan bersama masyarakat. Selama tiga tahun BRG telah mendampingi 262 desa dan kelurahan untuk ikut terlibat program desa peduli gambut (DPG).
Kegiatan itu dibina langsung pihak BRG dan masyarakat melalui Kader restorasi di tingkat tapak berjumlah lebih 10 ribu orang yang terdiri dari guru, tokoh agama (da'i dan pendeta), petani kader sekolah lapang, perempuan, dan anggota kelompok masyarakat. (Abdul Rahman Ahdori/Muiz)