Jakarta, NU Online
Tepat hari ini, Senin (21/4) hampir seluruh negara di dunia memperingati Hari Bumi Internasional. Ada banyak hal yang dapat digali dari momentum peringatan hari bumi tersebut di antaranya, melihat kembali bumi yang sedang kita pijak, apakah masih sesuai dengan etika alam atau justru sebaliknya, bumi kita sudah tidak sehat karena sudah banyak yang mempergunakannya secara berlebihan.
Menjaga bumi merupakan kewajiban seorang manusia, sebab, Allah telah mengamanatkan melalui firman-Nya dengan menyebut manusia sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, sikap seorang insan harus bisa terus merawat dan menjaga bumi ini agar tidak memberikan dampak yang buruk untuk seluruh anak adam yang ada.
Dalam perspektif Islam, banyak sekali diterangkan soal kewajiban menjaga bumi dan lingkungan hidup. Dalil itu dapat dilihat dalam hadits nabi yang diriwayatkan Muslim dan qur’an surat Ar-Rahman ayat 10.
سنريهم اياتنا فى الأفاق وفى أنفسهم حتى يبين لهم أنه الحق
Artinya: “Dunia ini manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kamu khalifah diatasnya, dan dia melihat bagaimana kalian menunaikan kewajiban kalian..(HR Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri).
والأرض وضعها للأنام
Artinya: “Dan bumi telah dibentangkannya untuk makhluk-Nya, (Qs. Arrahman: 10).
Dalam keterangan dalil di atas para ulama memiliki pandangan bahwa bumi dengan segala kekayaannya adalah nikmat Allah untuk dimakmurkan oleh semua manusia. Dengan tanggung jawab itu maka manusia memiliki kewajiban menjaga kelestarian lingkungan hidup termasuk didalamnya adalah menjaga bumi dari ancaman global. (Imam Ghazali dalam kitab Al-Hikmah fi Makhlukotillah)
Data dari Badan Restorasi Gambut (BRG) RI, hampir setiap tahun ditemukan perusakan bumi oleh oknum tidak bertanggung jawab. Kerusakan bumi itu misalnya terjadi di Provinsi Riau pada 2015 lalu, telah terjadi secara disengaja pembakaran hutan yang mengakibatkan 600 ribu orang menderita infeksi saluran pernafasan akut dan lebih dari 60 juta orang terkena polusi asap. Belum lagi di provinsi lain yang menyebabkan berbagai bencana alam.
Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG RI, Myrna A Safitri, mengatakan ada berbagai sikap yang harus diperhatikan umat manusia di dunia agar bumi tetap terjaga dengan baik sehingga memberikan manfaat untuk manusia itu sendiri. Menurutnya, planet bumi terdiri dari berbagai ekosistem baik di daratan maupun perairan. Setiap ekosistem itu, memiliki keunikan yang saling terhubung satu sama lain.
Ia menuturkan, penyelamatan planet bumi memerlukan kebijaksanaan dan keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan seluruh ekosistem yang ada. Manusia harus dapat memanfaatkan ekosistem tersebut sesuai dengan daya dukung dan daya tampungnya.
“Artinya pemanfaatan melampaui batas harus ditinggalkan,”kata Myrna saat dihubungi NU Online, Senin (21/4) sore.
Myrna mengungkapkan, salah satu ekosistem penting di bumi adalah ekosistem gambut. Luas lahan gambut yang hanya 3% dari total lahan yg ada di dunia namun sekitar 20% karbon dunia tersimpan di lahan gambut.
“Jika karbon ini terlepas ke udara baik karena pembukaan lahan atau kebakaran maka efeknya besar pada pemanasan global,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Myrna, momentum hari bumi internasional adalah waktu yang tepat untuk menjaga bumi dari berbagai ancaman. Upaya itu salah satunya dapat dilakukan dengan menyelamatkan eksosistem gambut yang masih baik dan merestorasi ekosistem gambut yang sudah rusak.
“Itu akan berkontribusi penting untuk menahan karbon terlepas ke udara dan mencegah kekeringan. Itulah salah satu cara menjaga "kesehatan" planet bumi kita,” tuturnya. (Abdul Rahman Ahdori/Abdullah Alawi)