Nasional

Apa Perbedaan Kontra Radikalisasi dan Deradikalisasi?

Sabtu, 25 Maret 2017 | 05:15 WIB

Jakarta, NU Online
Sebagian besar masyarakat masih belum menbedakan antara kontra radikalisasi dan deradikalisasi. Tiap kali dilangsungkan pertemuan antara pemerintah dengan para pemangku kepentingan yang komitmen memerangi tindakan radikalisasi, nyaris selalu disalahkan.

Demikian penegasan Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hamidin, saat menjadi pembicara dalam "Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya Bersama Media, OKP, dan Ormas"di hotel Millenium, Jakarta, Kamis (23/3).

"Seperti workshop kali ini, terdapat kelompok yang menyatakan bukan bagian dari deradikalisasi," tegas Hamidin.

Diterangkan, deradikalisasi lebih pada pencegahan lewat pendekatan kekeluargaan, sementara kontra radikalisasi berupa mengajak semua stakeholder guna memerangi radikalisme.

"Seperti yang kita lakukan saat ini, termasuk kontra radikalisasi. Sebab, kita sepakat dan sama-sama berkomitmen memerangi radikalisasi,"paparnya.

Sementara itu, deradikalisasi tercermin dari upayanya melakukan pendekatan kepada pelaku terorisme yang dibui. Polanya berupa pendekatan kekeluargaan dan bersentuhan langsung dengna pelaku radikalisasi.

"Saya sering bermakmum kepada para pelaku teroris yang di penjara. Saya jadi makmum saat shalat berjamaah dengan mereka. Selanjutnya, saya sisipkan pencerahan supaya mereka tidak lagi terbelenggu pada paham radikalisme yang berujung pada tindakan terorisme," ujar Hamidin.

Hamidin menegaskan, perkembangan teknologi mengarah pada nilai positif dan negatif. Media, OKP, dan ormas harus berperan besar dalam mencegah terjadinya terorisme.

Dalam kesempatan itu, Hamidin mengungkap banyak hal berkenaan dengan terorisme yang digalang ISIS. Mulai dari perencanaan strategisnya, polarisasi organisasinya, sistem kaderisasinya, dan manajemen konflik dan isu yang dilakukan secara massif.

Hamidin berharap media dan masyarakat berperan positif terhadap mantan pelaku terorisme yang sudah bertobat. Karena bila diasingkan, potensi untuk kembali jadi teroris tergolong besar. (Hairul Anam/Mukafi Niam)