Arkeolog Ungkap Pengendalian Banjir Era Tarumanegara yang Bisa Diterapkan Saat Ini
NU Online · Rabu, 5 Maret 2025 | 21:00 WIB
M Fathur Rohman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Banjir yang telah melanda daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), khususnya di daerah Kota Bekasi, pada Selasa (4/3/2025) kemarin, bukan lagi menjadi hal baru, tetapi memiliki sejarah yang sangat panjang sejak abad ke-5.
Peneliti arkeologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Harry Sofian mengatakan daerah Bekasi telah mengalami banjir sejak masa lalu. Hal ini telah membentuk cara hidup dan pengelolaan air masyarakat Sunda Kuno.
Harry mengungkapkan bahwa sudah ada beberapa bukti arkeologis yang menunjukkan pola banjir di Bekasi sejak dahulu yang tertulis di dalam prasasti tugu yang berasal dari abad ke-5.
"Terdapat beberapa bukti arkeologis yang menunjukkan pola banjir di Bekasi sejak masa lalu. Misalnya, prasasti Tugu yang berasal dari abad ke-5 Masehi menyebutkan bahwa Raja Purnawarman menggali Sungai Candrabaga (kali Bekasi) dan Sungai Gomati (Kali Cakung) untuk mengatasi banjir dan kekeringan," ungkap Harry saat dihubungi NU Online, pada Rabu (5/2/2025).
Menurut Harry, pemerintah bisa belajar dari sejarah karena terdapat beberapa praktik pengelolaan air dari masa lalu yang dinilai masih efektif dan relevan untuk diterapkan pada saat ini.
"Misalnya, sistem pengelolaan air yang dikembangkan oleh masyarakat Sunda kuno di Bekasi, seperti pembuatan saluran air dan bendungan, dapat digunakan sebagai inspirasi untuk pengelolaan air modern," ucapnya.
Selain itu, praktik pengelolaan air yang berbasis pada ekosistem, seperti penanaman pohon untuk mengurangi erosi dan meningkatkan kualitas air serta menjadi wilayah tangkapan air, juga masih relevan untuk diterapkan saat ini.
Namun ia juga menggarisbawahi bahwa masalah banjir bukan hanya soal teknis, tetapi juga terdapat tantangan dari sektor sosial dan politik yakni koordinasi antarinstansi yang sering tersendat, anggaran yang terbatas, dan kepentingan bisnis properti yang kadang bertentangan dengan kebutuhan lingkungan.
Alumnus University Paris Nanterre itu juga menyebutkan bahwa semua aspek itu bisa diatasi sehingga bukan hal tidak mungkin banjir yang sering terjadi di Jabodetabek bisa dikendalikan sepenuhnya.
"Kalau semua ini bisa diatasi maka momok banjir yang menghantui Jabodetabek akan dapat diatasi seperti yg ditunjukkan oleh Raja Purnawarman dari Tarumanegara dengan misi dan visi revolusionernya mengendalikan banjir," tutur Harry.
Semua hal itu, menurut Harry, dapat dihapahami oleh masyarakat tentang cara masyarakat setempat pada masa lalu beradaptasi dan melakukan mitigasi mengatasi banjir dan mengelola air.
"Kita dapat belajar dari pengalaman mereka untuk mengatasi banjir di masa kini," pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Pentingnya Amanah dan Kejujuran di Tengah Krisis Kepercayaan Publik
2
Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
3
Khutbah Jumat: Kelola Harta dengan Bijak
4
Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi
5
Pameran Persaudaraan Indonesia-Saudi di Istiqlal 24 April-3 Mei 2025 Dibuka Gratis untuk Umum
6
Khutbah Jumat: Pentingnya Menjauhi Lingkungan Pertemanan yang Toxic
Terkini
Lihat Semua