Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Fatayat Nahdlatul Ulama Anggia Ermarini mengajak para pengurus dan anggotanya yang berada di berbagai tingkatan untuk menjadi juru damai di antara para tetangga yang kurang akur gara-gara pilihan politik pada pemilihan umum serentak anggota legislatif dan presiden dan wakil presiden dan 2019 ini. Keretakan di antara tetangga jangan dibiarkan terus berlangsung.
"Fatayat harus mengambil peran besar menjadi pendamai pascapemilu 2019. Banyak sekali situasi yang tidak kita harapkan. Ini adalah tugas kita bersama," katanya pada tasyakuran hari lahir ke-69 Fatayat NU di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (24/4).
Menurut dia, hal itu sebetulnya tidak hanya dilakukan Fatayat, tapi seluruh warga negara. Semua elemen masyarakat seharusnya berjalan beriringan untuk Indonesia maju meskipun beda pilihan politik. Menurut dia, ada hal yang lebih besar yang harus dipikirkan bersama. Bagi kalangan organisasi perempuan misalnya, masalah terkait ibu dan anak.
"Maka momentum ini marilah melihat kembali apa dan yang telah dilakukan untuk kemaslahatan bersama. Fatayat harus menjadi terdepan menghilangkan sekat-sekat yang ada," tambahnya.
Setelah pemilu, lanjutnya, warga masyarakat seharusnya menyerahkan urusan penghitungan suara kepada Komisi Pemilihan Umum. Namun demikian tidak hanya tinggal diam, melainkan tetap mengawasinya.
"Mari kita percayakan kepada KPU untuk menyelesaikan sesuai mekanisme," ajaknya.
Ia menceritakan, pada pemilu tahun ini Fatayat telah melakukan Ronda Pemilu. Program tersebut adalah setiap anggota Fatayat harus mengajak masyarakat datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Satu orang minimal berhasil mengajak tetangganya untuk tidak golput.
"Kader Fatayat mendatangi rumah-rumah, "Ayo ibu, ayo bapak, datang ke TPS". Beragam memang hasilnya, ada yang bagus
banget ada yang biasa saja," tambahnya.
Untuk internal Fatayat, Anggia menekankan agar momentum harlah ini dari pimpinan pusat hingga ranting terus melakukan sinergitas.
Hadir Ketua Umum Fatayat NU 2000-2005 dan 2005-2010 Hj Maria Ulfah Anshor, Ketua 1 PP Muslimat NU Hj Sri Mulyati, Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Komunitas Wanita Hindu Darma Indonesia (WHDI) Ahmadiyah, Kopri PB PMII, dan PP IPPNU. Masing-masing dari organisasi tersebut menyampaikan testimoni atas peran Fatayat NU. (Abdullah Alawi)