Nasional

Gus Nadir Tegaskan Wayang Sarat Pesan Moral dan Kebajikan

Rabu, 16 Februari 2022 | 11:30 WIB

Gus Nadir Tegaskan Wayang Sarat Pesan Moral dan Kebajikan

Gus Nadir Sebut Wayang Sarat Pesan Moral dan Kebajikan

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand periode 2019-2021, Profesor KH Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir mengatakan bahwa wayang sebagai warisan budaya Indonesia memiliki peran besar dalam proses islamisasi Nusantara oleh para wali di masa lalu.


“Kalau nggak ada wayang, belum tentu Islam diterima dengan sangat baik di masyarakat Jawa,” kata Gus Nadir kepada NU Online, Rabu (16/2/2022).


Selain itu, wayang juga dinilai sebagai media komunikatif yang efektif dalam menyebarkan pesan-pesan moral kepada masyarakat.


“Kita justru sekarang menikmati berbagai pesan moral, kebajikan dan keagamaan lewat medium kisah-kisah pewayangan,” terangnya.


Lebih lanjut, wayang sendiri merupakan tradisi yang sudah dipandang baik oleh masyarakat. Berkenaan dengan wayang yang dijadikan sebagai alat berdakwah, Gus Nadir menerangkan bahwa hal tersebut tidak menyalahi ajaran agama.


“Dalam bahasa Ushul al-Fiqh ini disebut dengan: al-‘Adah Muhakkamah (adat kebiasaan dijadikan panduan menetapkan hukum),” paparnya.


Selain itu, terdapat beberapa kaidah lain yang dapat mendasarinya, seperti kaidah “al-Ma’ruf ‘urfan ka al-Masyrut Syartan” yakni hal baik yang sudah dikenal secara kebiasaan diterima seperti halnya syariat. Atau, “al-Tsabit bi al-dalalah al-‘urf ka al-tsabit bi al-dalalah al-nash” (yang ditetapkan dengan indikasi dari adat sama statusnya dengan yang ditetapkan berdasarkan petunjuk nash).


“Dan juga kaidah lainnya: “Ma raahu al-muslimun hasanan fa huwa ‘indallah hasan” yakni apa yang dianggap baik oleh umat Islam maka di sisi Allah pun dianggap baik,” paparnya.


Untuk itu, Dosen Senior Monash University Melbourne Australia itu menilai akan kurang bijak ketika seseorang mempermasalahkan tradisi yang telah dianggap baik oleh masyarakat.


“Apalagi wayang ini sudah dijadikan medium dakwah oleh para Wali Songo,” ungkapnya.

  

Sebelumnya, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Mustofa Bisri atau Gus Mus menyebut wayang sebagai suatu karya kesenian tidak menabrak rambu-rambu fikih. Tentu ada perbedaan pendapat di antara para wali. Tapi mereka berkoordinasi dengan baik sekali.


Wayang dipakai Sunan Kalijaga untuk mengajarkan ajaran Islam. Konon, jelas Gus Mus, Sunan Kalijaga sendiri yang mendalang, kemudian orang datang. Nilai-nilai ajaran itu dikemas sedemikian rupa dalam cerita dari Hindu dengan latar Mahabharata dan Ramayana. Meski demikian, cerita dalam wayang yang disampaikan dipenuhi dengan muatan-muatan ajaran Islam, tentang keikhlasan, tentang kemanusiaan, tentang buruknya khianat.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin