Gus Ulil Ungkap Pandangan Ulama soal Orang Kaya Bersyukur dan Orang Miskin Sabar, Mana Lebih Utama?
NU Online · Jumat, 28 Februari 2025 | 09:00 WIB

Ketua PBNU Gus Ulil Abshar Abdalla saat sambutan dalam acara peletakan batu pertama pendirian Pesantren Ghazalia Metuk, Boyolali, Jawa Tengah, pada Kamis (27/2/2025).
Achmad Risky Arwani Maulidi
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) mengungkap dan mengetengahkan pandangan ulama soal kedudukan orang kaya yang bersyukur dengan orang miskin yang sabar.
Hal ini Gus Ulil sampaikan saat acara Peletakan Batu Pertama Pondok Pesantren Ghazalia Metuk, Mojosongo, Boyolali, pada Kamis (27/2/2025) malam.
Para ulama, terang Gus Ulil, berselisih paham mengenai kedudukan dua golongan di atas.
Pendapat pertama mengatakan, orang miskin sabar lebih istimewa ketimbang orang kaya bersyukur. Pendapat ini berasal dari sebagian para ulama yang menekuni ilmu tasawuf (sufi).
"Pendapat kedua, ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa al-ghaniyussyakir atau orang kaya yang bersyukur itu lebih unggul, lebih tinggi derajatnya daripada orang miskin yang sabar," jelas Gus Ulil, sebagaimana disiarkan melalui akun Youtube Ghazalia College, dikutip NU Online pada Jumat (28/2/2025) dini hari.
Pendapat kedua menyatakan bahwa lebih utama mereka yang mengalokasikan kekayaannya untuk kemaslahatan masyarakat. Saat ini, tegas Gus Ulil, umat Islam butuh orang bertipikal seperti ini.
"Orang Islam yang kaya bersyukur seperti ini kita butuhkan, karena umat Islam ini butuh membangun, butuh melakukan banyak hal terutama untuk memajukan pendidikan, memajukan ekonomi, memajukan kesehatan. Ini semua tidak bisa dilakukan kalau kita tidak punya al-ghaniyyussyakir," tegas Gus Ulil di hadapan jamaah.
Sementara pendapat ketiga tidak menitikberatkan kepada status kaya atau miskin, tetapi merujuk pada kadar ketakwaan kepada Allah.
Sementara itu, Katib Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori menyampaikan bahwa ada empat hal yang berperan menjaga tegaknya kemakmuran di muka bumi. Pertama, ilmu pengetahuan para ulama.
"Saya kiai, salah satu tugas yang tidak bisa dihilangkan, yang tidak bisa ditinggal itu ngaji. Itu tugas utama kiai," ungkapnya.
Kedua, pejabat yang adil atau meletakkan sesuatu pada porsi dan tempatnya. Menurut Kiai Said Asrori, unsur ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia yang harus terus diperjuangkan.
"Hari ini kita belum bisa melihat secara utuh bahwa umara-umara kita itu tampil menjadi imamun adilun (pemimpin yang adil), padahal itu syarat tegaknya dunia," katanya.
Lebih lanjut, Kiai Said Asrori mengatakan bahwa dunia bisa makmur karena ada unsur ketiga yakni orang kaya yang dermawan. Lalu yang keempat, orang fakir miskin yang gemar mendoakan saudaranya.
"Jadi orang miskin tidak usah khawatir karena disebut Kanjeng Nabi. Jadi, tugasnya orang kaya adalah berderma, sementara tugas orang miskin adalah mendoakan, walaupun belum tentu doanya mustajab untuk dirinya sendiri," ujar pengasuh pondok pesantren Raudlatut Thullab Magelang itu.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jangan Ikut Campur Urusan Orang, Fokus Perbaiki Diri
2
Khutbah Jumat: Menjadi Hamba Sejati Demi Ridha Ilahi
3
3 Instruksi Ketum PBNU untuk Seluruh Kader pada Harlah Ke-91 GP Ansor
4
Ketum GP Ansor Kukuhkan 100.000 Banser Patriot Ketahanan Pangan, Tekankan soal Kemandirian
5
Sanksi Berat bagi Haji Ilegal: Dipenjara, Dideportasi, dan Didenda Rp224 Juta
6
PCINU Mesir Gelar PD-PKPNU Angkatan I, Ketua PBNU: Lahirkan Kader Penggerak sebagai Pemimpin Masa Depan
Terkini
Lihat Semua