Habib Luthfi bin Yahya di acara Haul Agung Raden Fattah Demak, Jateng (Foto: NU Online/Siddiq Sugiarto)
Abdul Muiz Cholil
Kontributor
Rais 'Aan Idarah Aliyah Jam'iyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah (Jatman) Habib Muhammad Luthfi bn Yahya mengatakan, perjuangan para ulama dan kiai kampung mengajarkan Islam rahmatan lil alamin tidak mengenal lelah. Mereka berjuang dari desa ke desa, dari gunung ke gunung, menyapa warga dengan ramah dan santun.
Dalam taushiyah-nya di hadapan puluhan ribu umat Islam yang memadati acara Haul Agung Raden Fattah tahun 2020 di Alun-alun Demak, Jawa Tengah, Kamis (6/2) malam, Habib Luthfi mengatakan tidak ada perbedaan antara ulama kota dan ulama kampung. "Soal sebutan itu kan hanya istilah saja," tegasnya.
Dijelaskan, dalam mengajarkan Islam yang ramah, mereka sangat ahli karena tahu kondisi bagaimana menghadapi masyarakat yang awam maupun menghadapi orang-orang yang berbeda dalam memahami Islam.
"Nabi Musa sendiri telah mencontohkan bagaimana menghadapi Raja Firaun dengan lemah lembut. Demikian pula para kasepuhan dalam berdakwah. Pertanyaannya, sekarang di mana sejarah para kesepuhan itu sekarang," ungkapnya.
Untuk mengingat kembali sejarah para pejuang di lingkungan, Habib Luthfi menyarankan untuk diadakan haul kecil-kecilan di masing-masing tempat di mana para kasepuhan itu berjuang dalam jalur agama dengan maksud agar generasi muda tidak ‘kepaten obor’ (kehilangan sejarah).
"Kegiatan yang lebih besar bisa diadakan dengan mengadakan haul tokoh bangsa semisal Panglima Besar Jenderal Sudirman secara kemiliteran adalah milik kita semuanya, meski pribadinya adalah milik keluarga," Saran Ketua Forum Ulama Sufi Dunia ini.
Sebagai tokoh bangsa lanjutnya, Jenderal Sudirman sangat layak untuk diadakan haul di setiap kota. Hal ini dimaksudkan agar generasi muda mengetahui para pahlawan dan pejuang yang telah mengharumkan bangsa.
"Hidupnya mahabah auliya dan ulama inilah yang kita tunggu. Karena ini sumber kekuatan cinta kepada auliya dan ulama di Tanah Air. Dari sinilah munculnya nasionalisme dan itu harus diawali dengan memahami sejarah," paparnya.
"Demikian pula, perlunya kita menggelar haul Raden Fattah agar kita mengetahui sejarah perjuangan Raja Islam di Demak ini yang memimpin rakyatnya dengan cara yang lemah lembut meski dalam sejarah tidak ditulis," sambung Habib Luthfi.
Sebelumnya, Ketua Takmir Masjid Agung Demak KH Abdullah Syifa mengatakan, Masjid Agung Demak, Jawa Tengah bekerja sama Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang menerbitkan buku sejarah keberadaan Kerajaan Demak.
"Adanya buku tentang Kerajaan Demak yang ditulis oleh para peneliti dan akademisi dari perguruan tinggi negeri Islam ini diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi tentang kerajaan Demak yang valid dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah," tandasnya.
Dikatakan, dengan adanya buku sejarah Kerajaan Demak diharapkan masyarakat dapat memperoleh informasi tentang Kerajaan Demak yang sebenarnya. Tidak hanya berdasarkan klaim-klaim sepihak.
Pewarta: Abdul Muiz
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua