Haul Pertama HM Sulton Fathoni, Rektor Unusia Ungkap Pengabdian Tulus Almarhum
Senin, 10 Agustus 2020 | 12:00 WIB
Rektor Unusia Jakarta Profesor KH Mochamad Maksum Mahfoedz saat memberikan sambutan di Haul Pertama Almarhum HM Sulton Fathoni, Senin (10/9).(Foto: NU Online/Nurdin)
Abdul Rahman Ahdori
Kontributor
Jakarta, NU Online
Ratusan mahasiswa, dosen dan pegawai Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta mengikuti Haul Pertama Wakil Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Almarhum HM Sulton Fathoni secara virtual dan tatap muka di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (10/8). Dalam kesempatan tersebut Rektor Unusia Jakarta Profesor KH Mochamad Maksum Mahfoed mengungkap pengabdian tulus almarhum bagi Unusia dan PBNU.
Menurut dia, semasa hidupnya HM Sulton Fathoni berperan penting terhadap pembangunan gedung Unusia Jakarta di Parung, Bogor, Jawa Barat. Selain itu, almarhum juga ikut serta memajukan beberapa lembaga di bawah naungan PBNU yakni NU Care-LAZISNU (Lembaga Amil Zakat, Infaq, Sedekah Nahdlatul Ulama) dan Lembaga Ta’lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU).
“Tentang amal jariyah sudah jelas, tidak ada Pak Sulthon NU sudah rubuh kemarin. Kalau bahasanya Buya Said Aqil Siroj ndak jadi UNU itu kalau tak ada Pak Sulthon, mungkin jadi Aliyah atau PGA, dengan Pak Sulthon luar biasa,” kata Guru Besar Sosial Ekonomi Industri Pertanian Fakultas Tekologi Pertanian (FTP) UGM ini, mengikuti haul secara virtual dari Yogyakarta.
Kehadiran gedung Unusia yang begitu megah termasuk di dalamnya asrama mahasiswa dan auditorium di Parung Bogor, lanjutnya, tidak terlepas dari sentuhan dan kerja keras almarhum sebelum wafat.
“Yang lain-lain juga atas partisipasi dan kontribusi beliau yang luar biasa,” katanya.
Rektor Unusia yang lahir di Demak, 23 Juni 1954 ini menceritakan, keilmuan HM Sulton Fathoni patut diacungi jempol. Karena kepiawanya, semua mahasiswa yang tinggal di asrama bisa dididik dengan baik. Hal ini pula yang menjadi sebab almarhum dilibatkan secara penuh untuk mengajar mahasiswa Unusia.
“Beliau dosen STAINU (Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama) sampai dengan UNU (Universitas Nahdlatul Ulama) Jakarta,” ucapnya.
Tidak hanya itu, ungkap Profesor Maksum, HM Sulton Fathoni semasa hidupnya produktif menulis. Gagasannya dituangkan dalam bentuk buku yang renyah dibaca oleh semua kalangan.
Seperti diketahui, satu tahun sudah almarhum HM Sulton Fathoni, menghadap sang Khalik. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Permata, Depok, Jawa Barat pada Kamis (8/8) tahun lalu.
Selain aktif berkegiatan di PBNU, ia juga tercatat sebagai wakil rektor di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta. Sebagai seorang akademisi, pria asal Lumajang, Jawa Timur itu pun aktif menulis di berbagai media nasional.
Banyak juga buku yang pernah ia terbitkan, seperti buku Pintar Islam Nusantara, Kaum Muda NU dalam Lintas Sejarah, NU: Identitas Islam Indonesia yang ditulisnya bersama Hilmi Muhammadiyah dan Ulil Abshar.
Di samping itu, lulusan S-2 Universitas Indonesia ini juga secara aktif mengomentari berbagai pernyataan yang dilontarkan Felix Siauw melalui twit-twitnya.
Bahkan, ia menulis satu buku khusus berjudul Dear Felix Siauw. Sebelum menjabat Ketua PBNU periode 2015-2020, alumni Pondok Pesantren Sidogiri ini tercatat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PBNU. Ia juga pernah mengemban amanat sebagai Ketua LTNNU.
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua