Nasional

Ini Keutamaan Umat Nabi Muhammad Dibanding Umat Terdahulu

Selasa, 21 Mei 2019 | 11:30 WIB

Ini Keutamaan Umat Nabi Muhammad Dibanding Umat Terdahulu

Sekretaris LDNU HM Bukhori Muslim

Jakarta, NU Online
Sekretaris Lembaga Dakwah PBNU H Mochammad Bukhori Muslim mengemukakan sejumlah keutamaan umat Nabi Muhammad SAW dibanding umat-umat terdahulu. Ia mengemukakannya berdasarkan kitab Syaraful Ummah Al-Muhammadiyyah karya Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawy al-Maliki al-Hasani.

Menurut dia, ibadah umat Nabi Muhammad relatif ringan. Tetapi, banyak pahalanya. Ia mencontohkan, jika umat terdahulu melakukan dosa, seperti berbohong, menipu, mencaci maki maka lidahnya dipotong. Begitu juga telinga seseorang dipotong manakala mendengarkan obrolan yang semestinya tidak didengarkan.

Contoh lainnya, lanjut Bukhori, ialah perempuan haid. Pada umat terdahulu, perempuan yang haid harus diasingkan. Tidak boleh ditemani. Makanan pun disiapkan sendiri. Namun, perempuan haid pada umat Rasulullah SAW diperbolehkan keluar. Bahkan, mendengarkan pengajian.

“Luar biasa umat Nabi Muhammad dibanding umat terdahulu. Itu bukan mengasingkan. Tapi ini syariat loh,” katanya pada Kultum puasa di Masjid An-Nahdlah Gedung PBNU Jl Kramat Raya No 164, Jakarta Pusat, Selasa (21/5).

Bahkan umat terdahulu jika melakukan kejahatan seperti membunuh, serta-merta hukum qisas diberlakukan, yakni pelakunya dibunuh juga. Berbeda halnya dengan umat Nabi Muhammad yang hukum qisasnya tidak serta merta berlaku. Jika pihak keluarga korban mengampuni atau meminta kepada pelaku untuk membayar diyat, maka pelaku tidak dibunuh.

Keistimewaan umat Nabi Muhammad lainnya, ialah pada bulan Ramadhan. Ibadah yang dilakukan umat Rasulullah SAW diberikan pahala berlipat ganda, seperti membaca satu huruf Al-Qur’an maka diberi 10 pahala.

“Sehingga, ketika Ramadhan seseorang mampu mengkhatamkan Al-Qur’an, pahala yang diterimanya otomatis banyak seperti banyaknya huruf dalam Al-Qur’an,” terangnya.

Lantas ia membandingkan puasa yang dijalankan umat-umat terdahulu, seperti puasa Nabi Daud, yakni puasa yang dilakukan sehari puasa kemudian sehari tidak berpuasa dan seterusnya. Puasa lainnya, ialah puasa wishal atau puasa terus-menerus. 

“Maka bersyukurlah kita umat Nabi Muhammad dijadikan oleh Allah sebagai umat terbaik,” tandas Bukhori. (Husni Sahal/Musthofa Asrori)