Kampung Jimpitan KB2 di Tangerang Jadi Role Model Lumbung Pangan Keluarga
Selasa, 11 Februari 2025 | 16:00 WIB
![Kampung Jimpitan KB2 di Tangerang Jadi Role Model Lumbung Pangan Keluarga](https://storage.nu.or.id/storage/post/16_9/mid/1000794060_1739268220.webp)
Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi saat berkunjung ke Kampung Jimpitan di Tangerang, Banten, Selasa (11/2/2025). (Foto: NU Online/Jannah)
Rikhul Jannah
Kontributor
Tangerang, NU Online
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA) Arifatul Choiri Fauzi mengatakan bahwa Kampung Jimpitan Kompak Berbagi Berkah (KB2) di Tangerang, Banten, merupakan kampung percontohan atau role model lumbung pangan di tingkat keluarga.
“Kampung Jimpitan ini bisa kita jadikan contoh, bisa kita replikasikan di tempat lain karena dari Jimpitan inilah bisa membangun Ruang Bersama Indonesia (RBI),” ujarnya dalam acara kunjungan lapangan lokasi pilot project RBI di Batujaya, Batuceper, Tangerang, Banten pada Selasa (11/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa RBI merupakan program lanjutan dan kolaborasi antara pihak pemerintah, kementerian, lembaga, dan seluruh masyarakat untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga demi terwujudnya Indonesia Emas 2045.
Menurutnya, Kampung Jimpitan ini dapat mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan gizi keluarga di sekitar rumah.
“Jimpitan ini bisa membuat tanaman yang meningkatkan gizi keluarga, jadi bisa dari lele, bisa dari tanaman-tanaman rumahan seperti cabai, kangkung, kelor jadi kita bisa meningkatkan kualitas keluarga,” katanya.
Sementara itu, Ketua Rukun Warga (RW) Kampung Jimpitan KB2 Slamet Hariyanto menyampaikan bahwa kegiatan yang dilakukan di Kampung Jimpitan guna mendukung food estate atau lumbung pangan di tingkat keluarga.
“Lahan kosong di sini (Kampung Jimpitan KB2) milik Angkasa Pura yang diizinkan dikelola untuk masyarakat, dan kami manfaatkan untuk membuat lumbung pangan seperti budidaya ikan lele, sayur-sayuran, ada pakcoy, kangkung, cabai, oyong,” ujar Hariyanto.
“Selain itu, ada budidaya maggot untuk mengolah sampah organik yang hasilnya ada kompos untuk tanaman tadi, maggotnya sendiri kadang kami berikan ke ikan lelenya,” lanjut Hariyanto.
Ia mengatakan bahwa penamaan Kampung Jimpitan karena pembangunan awal lumbung pangan tingkat keluarga ini berasal dari dana masyarakat sekitar.
“Jimpitan ini kami artikan mengambil uang dari wadah kecil di depan rumah atau jimpit uang, warga memberikan uang paling kecil Rp500, dan itu setiap hari. Jadi setiap sore hari akan dikumpulkan untuk pembangunan ini,” katanya.
Hariyanto menyampaikan bahwa hasil sayur dan ikan yang telah dibudidaya menjadi makanan sehari-hari bagi warga dan sebagian di jual untuk modal budidaya kembali.
“Karena sumber dana dari masyarakat, sehingga kalau panen (sayur dan ikan), kami serahkan lagi ke masyarakat. Konsepnya dari warga, diolah warga, dan untuk warga,” ucapnya.
Terpopuler
1
Pramoedya Ananta Toer, Ayahnya, dan NU Blora
2
Amalan Gus Baha saat Haji dan Khataman di Bulan Syaban
3
Gus Baha: Jangan Berkecil Hati Jadi Umat Islam Indonesia
4
Munas NU 2025: Hukum Kekerasan di Lembaga Pendidikan adalah Haram
5
Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang Kembali Gelar Festival Ilmiah Santri
6
Konbes NU 2025 Rumuskan Masa Jabatan Ketua Umum PBNU: Diusulkan Maksimal 2 Periode
Terkini
Lihat Semua