Nasional

Karena Fokus Politik, Tak Ada Pengusaha NU Kelas Atas di Jatim

Ahad, 6 Mei 2018 | 16:05 WIB

Karena Fokus Politik, Tak Ada Pengusaha NU Kelas Atas di Jatim

ilsutrasi: kudo.com

Surabaya, NU Online
Meskipun sejumlah pesantren besar bertebaran di Jawa Timur, tapi hal tersebut tidak memunculkan pengusaha kelas atas. Potensi yang demikian besar, justru dimanfaatkan dengan baik kalangan lain, di luar warga Nahdlatul Ulama (Nahdliyin).

Hal tersebut disampaikan Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional atau KEIN Soetrisno Bachir, Ahad (6/5).

"Belum ada pengusaha kelas menengah atas dari kalangan Nahdliyin di Jawa Timur. Yang muncul sementara ini, misalnya, teman-teman pengusaha dari Tionghoa," kata SB, sapaan akrabnya usai membesuk KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) yang dirawat di Graha Amerta RSUD dr Soetomo Surabaya.

Dalam pandangannya, secara kuantitas warga NU di Jatim jutaan orang. Namun dimungkinkan faktornya lantaran tidak fokus. 

"Mungkin fokusnya ke politik saja, atau mungkin fokusnya ke masalah pesantren saja. Padahal perlu ada pembagian tugas, yang fokus ke ekonomi juga ada," katanya.

Sebagai solusi, SB berharap agar nahdliyin tidak melulu berkecimpung dalam politik. "Harus ada yang fokus menggerakkan program ekonomi umat dan ekonomi Nahdliyin di Jawa Timur, sehingga muncul pengusaha yang tangguh di kalangan nahdliyin," harapnya.

Membangun ekonomi, terang SB, tidak semudah membalikkan telapak tangan, seperti yang biasa berlaku di dalam politik. Butuh waktu panjang untuk mencapai itu. 

"Untuk jadi pengusaha besar itu butuh waktu 30 tahun. Kalau sekarang umat digerakkan ekonomi, mungkin lima tahun ke depan muncul beberapa pengusaha, lima tahun lagi muncul pengusaha nasional dari Jatim," jelasnya.. 

Di Jatim, SB mengisi seminar penguatan ekonomi umat Islam di Indonesia, sebelum membesuk Gus Solah di RSUD dr Soetomo. Ia juga menyampaikan Gus Sholah antusias ketika diajak bicara soal keumatan dan kebangsaan. 

"Khususnya bagaimana penerapannya di Jawa Timur yang mayoritas nahdliyin," pungkasnya. (Ibnu Nawawi/Abdullah Alawi)