Nasional

Kemenag: Sudah Waktunya Muslim yang Ramah Bersuara

Jumat, 3 Mei 2019 | 13:30 WIB

Kemenag: Sudah Waktunya  Muslim yang Ramah Bersuara

Bedah buku di Jakarta

Jakarta, NU Online
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama H Abdurrahman Mas'ud menyatakan bahwa identitas muslim di Indonesia itu ramah dan moderat. Oleh karena itu, muslim Indonesia harus terus mempertahankan identitasnya tersebut dengan cara aktif bersuara, seperti di media sosial.

Demikian dikatakan Mas'ud pada acara Bedah Buku Otobiografi Intelektual H Abdurrahman Mas'ud berjudul 'Mendakwahkan Smiling Islam: Dialog Kemanusiaan Islam dan Barat' di Hotel Takes Mansion Jakarta Pusat, Jumat (3/5). Bedah buku diinisiasi Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang Diklat Kemenag.

Sebab menurut Mas'ud, hingga kini muslim yang ramah belum terlihat vokal. Sementara di sisi lain, terlihat kelompok minoritas yang radikal, tapi lebih aktif dan lantang, seperti aktif di media sosial.

"Maka sudah waktunya (yang mayoritas) bersuara, tidak diam, sehingga (kalau diam) tidak tampak dipermukaan," ucapnya.

Ia mengatakan, fenomena radikalisme yang terjadi bisa disebabkan karena pemahamannya yang keliru terhadapa ayat-ayat Al-Qur'an, seperti terhadap Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 120 yang terjemahannya berbunyi "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.".

"Dari ayat ini paling mudah sebuah ayat disalahpahami," ucapnya.

Menurutnya, jika memahami ayat di atas berdasarkan teks semata, maka pembaca akan mudah terprovokasi, yakni dengan menjauhi penganut agama Yahudi dan Nasrani.

Sementara pemahaman tersebut, katanya, tidak tepat karena dalam sejarahanya, Nabi Muhammad membentuk Piagam Madinah (konstitusi pertama dalam sejarah umat manusia), yang berisi tidak hanya muslim, tapi juga penganut Yahudi dan Nasrani. (Husni Sahal/Muiz)