Nasional

Ketika Para Pelukis Kunjungi PBNU

Jumat, 30 September 2016 | 16:10 WIB

Jakarta, NU Online
Serombongan pelukis yang akan menggelar pameran INA-USA Painting Exibition sowan kepada Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Jum’at (30/9) untuk meminta masukan terkait penyelenggaraan kegiatan tersebut. Berbeda dengan para politisi atau pejabat, para seniman lebih asik dan cair saat diajak ngobrol. Tak jarang tawa lepas menyertai obrolan bersama Kiai Said. 

Kiai Said menjelaskan, dakwah Islam Nusantara juga bisa dilakukan lewat lukisan. Ia menyebut Gus Mus sebagai salah seorang pelukis di lingkungan NU. Ada salah satu lukisannya yang terkenal, yaitu Dzikir Bersama Inul.

Kiai Said yang baru-baru ini berkunjung ke Korea Selatan menjelaskan, jika dibandingkan dengan hasil karya pelukis Korea, karya pelukis Indonesia jauh lebih bermutu. “Melalui seni lukis, kita pertahankan budaya kita,” tandas Kiai Said. Hal tersebut kemudian diiyakan oleh Oei Hong Djien, salah seorang kolektor dan kurator seni di Magelang Jawa Tengah.

“Luar biasa hasil karya lukisan kita. Tidak ada yang tidak kagum setelah melihat lukisan milik kita,” kata Oei yang konon memiliki sekitar 10 ribu lukisan dari para maestro seni di museum pribadinya. 

Ia menambahkan seni adalah rasa, bukan otak. Sayangnya, pada generasi belakangan, pandangan tersebut telah berubah dengan mengedepankan sisi rasionya dibandingkan dengan nilai rasanya. 

Baik Kiai Said atau para seniman mengakui bahwa dunia seni lukis belum mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah. Para pelukis hebat, bergerak dengan sumber daya yang dimiliki sendiri, bukan karena dukungan pemerintah.

Nasib pelukis, Kata Kiai Said, sama dengan santri yang saat ini dibiarkan sendiri. Berbeda dengan siswa sekolah yang mendapatkan berbagai fasilitas untuk menunjang proses belajar. “Pelajar naik bis dapat diskon 50 persen, kalau santri tidak. Memang apa salahnya santri,” ujarnya memberi contoh. 

Hal lain yang menjadi keprihatinan dalam pertemuan tersebut adalah generasi muda yang enggan membaca sejarah, padahal dengan belajar sejarah, bisa mengetahui perjalanan peradaban manusia. “Anak muda sekarang maunya belajar teknologi dan internet saja, maunya melihat ke depan, tapi melupakan sejarah masa lalu,” tandas Kiai Said. (Mukafi Niam)