Jakarta, NU Online
Ki dalang wayang kulit asal Blitar, Jawa Timur, Cahyo Kuntadi berpandangan sosok Semar bisa dikatakan sebagai seorang kiai yang memiliki sudut pandang seperti NU.
“Ia sebagai penengah, yang intisarinya menyampaikan atau memberi nasihat kepada Pandawa,” katanya ketika dihubungi NU Online dari Jakarta, Senin (9/4).
NU atau Semar, menurut dia, harus bisa mengajak semua warga masyarakat untuk bisa kembali ke Jamus Kalimasada yang bisa diartikan sebagai Pancasila bagi warga negara Indonesia atau rukun Islam bagi umat Islam.
Ciri-ciri Semar sebagai NU, tambah dalang kelahiran 1981 ini, bisa disimak dari pernyataan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
“Tujuan dan visi misi NU itu kan dari masa ke masa tidak pernah berubah, yaitu untuk merawat, menjaga, mengembangkan agama Islam dan juga selalu menjaga dan melestarikan, urip-urip, uri-uri kebudayaan,” kutipnya.
Ketika NU berkomitmen terhadap apa yang dikatakan Kiai Said, dan kalau bisa dikembangkan, akan membawa dampak yang sangat positif.
Ki Cahyo berharap agar NU tidak seperti kiai yang namanya Durno. Meskipun ilmunya luas, ia membawa dampak negatif bagi Kurawa.
“Sebenarnya dia (Durno) itu baik. Ilmunya juga luar biasa, ilmu agama, ilmu pendidikan, dan apa pun. Sangat luar biasa,” katanya.
Kesalahan Durno, lanjutnya, masuk ke ranah politik. Sayangnya juga, politik yang dimasukinya, buruk, kotor Kurawa yang tiap hari mengumbar kemurkaan dengan iri dengki, dengan menyebar adu domba, merusak kerukunan, ingin menjatuhkan negara Amarta,” jelasnya. (Abdullah Alawi)