Nasional

Mulimat NU Minta Predikat Daerah Ramah Anak Aplikatif

Senin, 9 Juli 2012 | 04:20 WIB

Jakarta, NU Online
Konsep daerah yang ramah pada anak-anak harus menjadi program aplikatif dalam kehidupan di masyarakat. Daerah yang mendeklarasikan sebagai kawasan ramah anak saja pada kenyataannya tidak ramah bagi perkembangan anak.

<>

Demikian dikatakan Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa dalam jumpa pers di kantor PP Muslimat NU, Jalan Pengadegan Timur Raya, Pancoran, Jakarta Selatan, Ahad (8/7). “Saya melihat predikat kota ataupun daerah ramah anak masih di mulut saja. Saya sering ketemu daerah yang berpredikat ramah anak, namun kongkritnya tidak." kata Khofifah. 

"Misalnya masih ada anak-anak yang mengemis di jalanan, masih banyak anak putus sekolah, bahkan masih ada angka kekerasan seksual anak (inses) dalam rumah tangga,” terangnya.  

Khofifah menjelaskan, Negara ataupun kabupaten/kota yang diberi predikat ramah anak mestinya diseleksi berdasarkan hal-hal kongkrit yang bisa dilihat. Misalnya daerah tersebut tak ada sama sekali anak jalanan, tak ada anak putus sekolah, tak ada jual beli anak, bahkan jangan sampai ada broker prostitusi yang melibatkan anak-anak.

“Malah gak usah di daerah tertinggal, di kota besar saja masih banyak kita lihat pengemis jalanan, anak tak sekolah dan sebagainya. Masak ini disebut kota ramah anak,” ungkapnya.

Mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan di Era Gus Dur ini menuturkan, angka inses di banyak daerah masih sangat tinggi, dan sayangnya masalah ini tak mampu diselesaikan di daerah-daerah. Terjadinya inses tersebut, lanjut dia, juga disebabkan budaya masyarakat yang masih sangat introfert, serta desain rumah pedesaan yang biasanya tanpa kamar dan ditempati semua keluarga.

Terkait kegiatan Gebyar Pendidikan Agama Islam bagi Anak-Anak TK, Khofifah menjelaskan bahwa target kegiatan ini adalah member pembekalan akhlak dan pemahaman agama yang cukup bagi anak usia dini. Karena itu, target anak-anak yang dilibatkan dalam program ini bukan anak yang masuk di TK Islam ataupun Raudhatul Adfal, melainkan anak TK umum.

Kegiatan ini dilakukan dengan berbagai macam lomba, hingga tabligh akbar menjelang ramadhan yang akan dibuka Menteri Agama Suryadharma Ali. Gebyar pendidikan agama Islam bagi Taman Kanak-Kanak sendiri menargetkan 2.500 peserta, dan hingga saat ini sudah 1.347 peserta yang terdaftar. Kegiatan ini akan digelar di Masjid At Tin, TMII, Jakarta, 10 Juli 2012 mendatang.

“Target kita adalah melakukan penguatan pendidikan Islam di sekolah umum. Kita ingin tanamkan pada jiwa anak sejak dini untuk bersatu mewujudkan Indonesia yang raham terhadap anak. Sebab sekarang generasi tua maupu muda di Indonesia sudah banyak yang tak punya pegangan akhlak, sehingga koruptor juga banyak dari kalangan pemuda,” ungkap Khofifah.

Kontributor: Ahmad Millah