Nasional

Musisi Rock: Dakwah Memicu Seseorang Jadi Positif

Kamis, 31 Oktober 2019 | 16:15 WIB

Musisi Rock: Dakwah Memicu Seseorang Jadi Positif

Musisi rock Candil (Foto: Tribunnews)

Jakarta, NU Online
Musisi rock Dian Dipa Chandra atau lebih dikenal dengan Candil punya pengertian sendiri tentang dakwah. Menurutnya, dakwah adalah sesuatu yang memicu orang lain kepada arah yang positif. Sementara cara dan medianya beragam hal. Salah satunya bisa dengan musik, bahkan naik gunung. Semua tergantung niatnya.

Ketika seseorang mendengar ceramah dari seorang kiai atau ustadz, kemudian menjadikannya positif, maka itulah dakwah. Begitu juga ketika seseorang mendengarkan lagu, kalau memicu ke arah positif, maka di situ ada nilai-nilai dakwah.    
 
“Mengaji pun bersenandung, ada nadanya. Begitu juga musik, tinggal musik itu untuk apa,” katanya selepas hadir dan bernyanyi pada Piknickustik yang digelar Komunitas Musisi Mengaji (Komuji) Jakarta, Rabu (30/10) malam.  

Candil mengaku, bahwa ia bermusik adalah untuk berbagi kebahagiaan dengan para penggemarnya. Menurut dia, jika niatnya itu kemudian benar-benar ada yang terbahagiakan, maka akan menjadi amal. 

“Orang bisa tersenyum, asalnya orang lemas, tidak semangat, dengar musik rock, semangat lagi, itu kan positif,” kata penyanyi yang pernah bergabung dengan grup band rock Serieus. 

Musik, kata Candil sama dengan komputer, pisau dan benda-benda lain. Jika digunakan untuk kebaikan akan menjadi baik. Namun, beberapa waktu lalu, ada sebagian musisi yang kemudian mendapatkan pemahaman baru yang memicunya mengharamkan musik. 

Mereka mengganggap, kata Candil, musik itu haram dan tak bisa dijadikan berdakwah. Candil tak bisa mempermasalahkan pemahaman musisi yang seperti itu. Dan ia menghargainya.  

Tapi kemudian, lanjutnya, musisi yang berpemahaman seperti itu ada yang kembali lagi bermain musik dengan pemahaman barunya. Mereka berpandangan bahwa Sang Pencipta memberikan anugerah kepada makhluknya dengan potensi yang berbeda-beda, di antaranya kemampuan bermain musik. 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad