Nasional KONGRES KE-17 MUSLIMAT NU

Panglima TNI: Kaum Ibu adalah Pendidik dan Pemersatu Bangsa

Kamis, 24 November 2016 | 12:55 WIB

Panglima TNI: Kaum Ibu adalah Pendidik dan Pemersatu Bangsa

Panglima TNI di Kongres Ke-17 Muslimat NU.

Jakarta, NU Online
Saat ini memberikan pemahaman bahwa Indonesia adalah bangsa majemuk merupakan hal penting yang harus disampaikan kepada generasi muda. Di sinilah peran ibu sebagai pendidik akan mampu menjadi pemersatu bangsa.

Demikian disampaikan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo ketika berkesempatan hadir memberikan materi sambutan dalam pembukaan Kongres Ke-17 Muslimat NU, Kamis (24/11) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. 

Jenderal Gatot yang datang dengan pakaian dinas lengkapnya memuji peran Nahdlatul Ulama (NU) melalui para kiai dan santri serta perempuan-perempuan NU yang turut berjuang dalam upaya-upaya kemerdekaan kala itu.

“TNI itu ada setelah bangsa Indonesia merdeka yang saat itu bernama TKR (Tentara Keamanan Rakyat, red). Jadi yang berjuang ketika itu ya para kiai. Maka dari itu Panglima pertama yang diangkat yaitu seorang kiai, Pak Sudirman,” ujar Jenderal kelahiran Tegal, 13 Maret 1960 ini.

Gatot mengingatkan kepada ribuan kader Muslimat dan bangsa Indonesia bahwa situasi politik akhir-akhir ini menjurus pada perpecahan. Sebab itu ia menegaskan, keberagaman adalah karakter bangsa Indonesia. Hal itu yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa dan harus terus dijaga pula oleh seluruh elemen bangsa.

“Saat ini kita bisa membaca, orang yang ingin menguasai Indonesia, persatuannya akan digoyang terus,” tegas Gatot.

Menurutnya, belajar dari negara-negara Eropa seperti Uni Soviet, Yugoslavia, juga negara-negara lain di Afrika seperti Sudan, negara bisa pecah karena persoalan politik, agama, ekonomi, etnis, dan bahasa. 

“Sebab itu, aturan bersama harus diikuti,” katanya.

Maksud Gatot, aturan bersama yang selama ini menjadi konsensus kehidupan berbangsa dan bernegara harus diperkuat yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Karena, itulah peninggalan para pendiri bangsa untuk menjaga kesatuan dan persatuan berdasarkan kemajemukan sehingga mampu mewujudkan Indonesia yang kokoh dan damai dalam keberagaman. 

Untuk menjawab persoalan tersebut, Muslimat NU telah merancang program Desa Inklusi sekaligus Desa Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja). Grand Design untuk mewujudkan Indonesia dalam kebersamaan tersebut menjadi salah satu agenda penting dalam Kongres ke-17 Muslimat ini. (Fathoni)