Nasional 1000 HARI GUS DUR

Pemkab Probolinggo pun Gelar Doa untuk Gus Dur

Kamis, 27 September 2012 | 14:23 WIB

Probolinggo, NU Online
Pemerintah Kabupaten Probolinggo, Kamis (27/9) sore menggelar peringatan 1000 hari wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Pendopo Kabupaten Probolinggo. Ratusan warga nahdliyin berdoa bersama-sama untuk mendiang mantan Presiden RI ke-4 tersebut.
<>
Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati Probolinggo yang juga Mustasyar NU Kabupaten Probolinggo H Hasan Aminuddin dan Ketua Dewan Penasehat Muslimat NU Kabupaten Probolinggo Hj Tantri Hasan Aminuddin, Ketua PWNU Jawa Timur KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah, Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Probolinggo KH Saiful Hadi, Rais Syuriyah PCNU Kraksaan KH Munir Kholili, Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Probolinggo Ny Nuriyati, Ketua PC Muslimat NU Kabupaten Probolinggo Hj Arifah Hasan dan Ketua PC GP Ansor Kraksaan Nuriz Zamzami.

Hadir pula Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo Ahmad Badawi, Kepala Kantor Kemenag (Kementerian Agama) Kabupaten Probolinggo H Busthomi, Perwira Penghubung Kodim 0820 Mayor Inf. Winarso, Perwira Penghubung Polres Probolinggo Kompol Afiat, Kepala SKPD serta tokoh agama dan tokoh masyarakat se Kabupaten Probolinggo.

Peringatan 1000 hari wafatnya Gus Dur diawali dengan pembacaan sholawat Nabi Muhammad SAW yang dilanjutkan dengan pembacaan Surat Yasin yang dipandu oleh Ustdz Syafi’i Zein. Setelah itu dilakukan tahlil dan doa bersama yang dipimpin oleh Rais Syuriyah PCNU Kraksaan KH Munir Kholili.
 Hasan Aminuddin dalam sambutannya mengatakan peringatan 1000 wafatnya Gus Dur ini digelar dengan maksud untuk mengenang sang guru bangsa dan tokoh besar yang sangat dihormati dan disegani di kalangan para kiai dan tokoh masyarakat lainnya.

“Saya ingin menjadi santri yang tawadhu’ kepada Gus Dur. Bagi saya, beliau adalah guru sekaligus Bapak. Semoga yang hadir di tempat ini mendapatkan barokah dari Allah,” ungkapnya. 

Sementara Ketua PWNU Jawa Timur KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan sebuah acara yang sangat sakral yang penuh dengan syariat dan barokah. “Gus Dur merupakan tokoh ulama besar baik pada waktu masih hidup maupun ketika sudah wafat,” ungkapnya.

Menurutnya, dalam menghadapi keberagaman masyarakat cucu dari pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari selalu menghadapinya dengan  kasih sayang. Sehingga tidak heran jika kemudian Gus Dur dijuluki sebagai guru bangsa dan tokoh pluralisme.

“Gus Dur itu selalu mengajarkan bagaimana pola kerja sama dengan selalu memberikan nasehat. Dia merupakan tokoh ulama yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Karena rahmat itulah, sehingga kalau diajak bicara selalu tersenyum. Beliau itu sangat disegani dan bukan ditakuti,” jelasnya.

Lebih lanjut Ketua PWNU menjelaskan, ilmu yang dimiliki Gus Dur itu tingkatannya sudah pada ilmu hakekat. Kalau mempunyai keinginan, yang penting dalam dirinya ada keyakinan bahwa Allah SWT itu ridho.

“Kalau kita ini hanya memiliki ilmu pikir dan dengar saja, bukan ilmu yakin. Buktinya sudah tahu haram tetapi masih tetap dilakukan. Ilmu kita hanya sebatas dimengerti belum pada tahapan merasa, mengamalkan dan istiqomah. Sebab itu sangat sulit sekali dilakukan,” terangnya.

Dikatakan KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, meskipun sudah wafat Gus Dur masih dihormati dan disegani. Makamnya tidak pernah sepi dari peziarah yang sudah mensejajarkannya dengan Wali Songo.

“Warga NU patut bangga dengan Gus Dur. Kalau bicara NU tidak bisa dipisahkan dengan Gus Dur. Kita harus selalu menghormatinya sebagai guru besar NU dengan cara selalu tawadhu’ kepadanya. Inilah yang selalu dipakai oleh Ahlussunnah Wal Jamaah,” pungkasnya.


Redaktaur   : Mukafi Niam
Kontributor : Syamsul Akbar