Program Standardisasi Kompetensi Imam dan Khatib Jadi Upaya LD PBNU Sebarkan Dakwah Islam Rahmatan lil Alamin
Selasa, 7 Januari 2025 | 21:00 WIB
Pose bersama usai acara Standardisasi Imam dan Khatib sekaligus tasyakuran 10 tahun Masjid Abdurrahman bin Auf di Korea Selatan, pada 4 Januari 2025. (Foto: Instagram Lembaga Dakwah PBNU)
Joko Susanto
Kontributor
Jakarta, NU Online
Sekretaris Lembaga Dakwah (LD) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Nurul Badruttamam mengatakan bahwa program standardisasi khatib dan imam menjadi program rutinan tiap bulan.
"Kementerian Agama itu sudah mensyaratkan bahwa khatib sudah terstandar, suka nggak suka," katanya kepada NU Online, Senin (6/1/2025) malam.
Ia berharap, program standardisasi imam dan khatib yang diadakan rutin oleh LD PBNU ini bisa menjadi upaya penyampaian dakwah yang rahmatan lil alamin.
"Syarat yang lolos standardisasi imam dan khatib harus bisa menulis teks khutbah, baca Al-Qur'an dan kitab kuning. Kita akan mengetesnya dan menyeleksi," jelas Kiai Nurul.
Standardisasi imam dan khatib di Korea Selatan
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Korea Selatan juga telah menyelenggarakan program Standardisasi Imam dan Khatib untuk masjid-masjid di kawasan industri Korea Selatan.
Acara ini dipusatkan di Masjid Abdurrahman bin Auf, Gempo, pada 4 Januari 2025. Masjid ini didirikan oleh pekerja migran Indonesia (PMI) sejak 10 tahun silam. Program ini sekaligus menjadi rangkaian acara dalam Rangka tasyakuran 10 tahun berdirinya Masjid Gempo.
Ketua PCINU Korea Selatan KH Kusnul Ansari bersyukur atas kerja sama yang dilakukan bersama LD PBNU untuk menyelenggarakan program Standardisasi Imam dan Khatib.
"Program ini dilakukan agar minimal seorang imam dan khatib bisa membuat sah shalat Jumat," katanya.
Menurut Kiai Kusnul, program ini bisa membekali semua yang hadir, minimal melaksanakan rukun khatib secara sah tanpa harus memikirkan materi yang berat-berat.
Ia berharap agar PCINU Korea Selatan bisa diakui sebagai Keluarga Masjid Abdurahman bin Auf dan ingin selalu dilibatkan dalam memakmurkanya.
KH Ahmad Rosyidin Mawardi sebagai pemateri utama program Standardisasi Imam dan Khatib di Korea Selatan menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah dalam menjaga harmonisasi sesama pejuang keluarga di negara rantau.
"Untuk itu, semua berjuanglah memahami makna dan hakikatnya bismillahirrahmanirrahim," ungkap Kiai Rosyidin, salah seorang pengurus LD PBNU itu.
Ia menjelaskan bahwa dalam ayat pertama Surat Al-Fatihah terdapat dua sifat Allah yang harus dijadikan spirit kehidupan, yakni Arrahman dan Arrahim.
"Arrahman adalah sifat Allah yang tidak memandang iman atau kafir, maksiat atau taat. Semua Allah beri fasilitas atau kenikmatan hidup," katanya.
Ia menuturkan bahwa makan dan minum, harta atau jabatan dibagikan oleh Allah atas kehendak-Nya, sehingga siapa pun yang paham Arrahman tidak pernah iri kepada orang kafir yang lebih kaya atau Muslim yang ahli maksiat tetapi kaya raya dalam kehidupan ini.
"Karena Allah datang sebagai Yang Maha Pemurah," jelasnya.
Sementara Arrahim, kata Kiai Rosyidin, merupakan cinta dan kasih sayang Allah bagi kaum yang beriman dan taat. Mereka akan mendapat balasan di akhirat.
"Contoh kecil adalah balasan shalat jenazah yang hukumnya hanya fardhu kifayah. Bagi yang mau shalat jenazah, balasannya adalah diberi pahala dalam bentuk emas sebesar Gunung Uhud. Emas sebesar ini tidak akan muat kalau dibagikan di dunia, kalau toh dibagi di mana kita akan menyimpannya?" kata Kiai Rosyidin.
Soal imam dan khatib, ia menegaskan Jumatan di Korea Selatan ini tidak harus ideal mengikuti mazhab Syafi’i 40 jamaah. Namun yang terpenting, seorang khatib harus mengetahui lima rukun khutbah.
Pertama, memuji Allah minimal dengan alhamdulillah. Kedua, membaca shalawat Nabi minimal allahumma shalli ala Sayyidina Muhammad. Ketiga, berwasiat taqwa dengan ittaqullah.
Keempat, membaca satu ayat dalam Al-Qur'an minimal Yaasin wal Qur'anil Hakim. Kelima, melengkapi doa untuk kaum Muslimin minimal Allahummaghfir lil Muslimin.
"Niatkan untuk berkumpul atau berorganisasi adalah untuk berkontribusi sekecil apa pun. Tahanlah amarah jika bertemu sesuatu yang tidak sesuai harapan kita dan berusaha menjadi pemaaf untuk sesama manusia," kata Kiai Rosyidin.Â
Ia mengingatkan pesan dari Rais Syuriyah PBNU KH Bahauddin Nursalim (Gus Baha) bahwa umat Islam yang shalat sujud di Tanah Korea merupakan penghibur Tanah Korea.
Â
"Mereka bahagia karena akhirnya ada yang menyembah Allah di tanah yang mayoritas manusianya tidak mengenal-Nya," ungkap Kiai Rosyidin.
Wakil Rais Syuriyah PCINU Korea Selatan Kiai Slamet Riyadi menyampaikan rasa syukur dan merasa mendapat kehormatan karena LD PBNU berkenan berkunjung dan melaksanakan program Standardisasi Imam dan Khatib di PCINU Korea Selatan, sekaligus menjadi bagian dari tasyakuran berdirinya Masjid Abdurahman bin Auf. Di masjid ini, Kiai Slamet Riyadi menjadi penasihat atau sesepuh dalam kepengurusan.
Terpopuler
1
Resmi Rilis, Unduh Logo Harlah Ke-102 NU Di Sini
2
Harlah Ke-102 NU Digelar di Jakarta, Ini Rangkaian Agendanya
3
Melihat Antusiasme Haul Guru Sekumpul, 32 Ribu Relawan Layani Jamaah yang Membludak
4
Turun, Biaya Haji 2025 Rata-Rata Jadi 55,43 Juta Rupiah Setiap Jamaah
5
3 Amalan yang Perlu Diperbanyak dalam Bulan Rajab menurut Imam Baihaqi
6
Pro-Kontra Wacana Libur Sekolah Selama Ramadhan, Bagaimana Seharusnya?
Terkini
Lihat Semua