Nasional

Rumah Moderasi Beragama IAIN Jember Bumikan Nilai-nilai Toleransi

Kamis, 20 Mei 2021 | 13:45 WIB

Rumah Moderasi Beragama IAIN Jember Bumikan Nilai-nilai Toleransi

Rektor IAIN Jember Babun Suharto (tengah) saat membuka Workshop Penguatan Kapasitas Penggerak Moderasi Beragama di Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Lantai 3 IAIN Jember, Kamis (20/5). (Foto: NU Online/Aryudi A Razaq)

Jember, NU Online  
Rumah Moderasi Beragama Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember Jawa Timur menggandeng penyuluh agama dari tujuh Kabupaten/Kota yang meliputi Kabupaten Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Kabupaten Probolinggo dan Kota Probolinggo untuk bersinergi membumikan nilai-nilai moderasi beragama. Kegiatan ini dilaksanakan dengan kombinasi daring dan luring.


Rektor IAIN Jember Babun Suharto mengungkapkan, Kementerian Agama saat ini menempatkan penguatan moderasi beragama sebagai kata kunci. Maka, pada tataran implementasinya, termasuk di perguruan tinggi keagamaan Islam, moderasi beragama menjadi konstruk pengembangan keilmuan. Ini juga sebagai strategi penguatan intelektualisme moderat agar tidak mudah menyalahkan pendapat yang berbeda.


Menurutnya, Rumah Moderasi Beragama sangat penting sebagai wadah penyemaian nilai-nilai moderasi beragama. Kebutuhan terhadap narasi keagamaan yang moderat tidak hanya menjadi kebutuhan personal, tapi juga kelembagaan.


“Maka, penguatan moderasi beragama di IAIN Jember tidak terbatas pada sivitas akademika internal, melainkan juga menggandeng para stakeholder di luar kampus, yang dalam kegiatan ini adalah penyuluh agama”, ungkap Babun saat membuka acara Workshop Penguatan Kapasitas Penggerak Moderasi Beragama di Gedung Kuliah Terpadu (GKT) Lantai 3 IAIN Jember, Kamis (20/5).


Ketua Forum Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) itu menambahkan,  moderasi beragama penting untuk digaungkan sebagai framing dalam mengelola kehidupan masyarakat Indonesia yang multikultural. Penguatan terhadap nilai-nilai moderasi beragama menjadi tanggung jawab semua pihak.


“Suara lantang untuk membumikan moderasi beragama merupakan bagian dari tanggung jawab kita semua. Perguruan tinggi tidak menjadi menara gading, melainkan menjadi mercusuar dalam membumikan nilai-nilai moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat,” terangnya.


Sementara itu, Direktur Rumah Moderasi Beragama IAIN Jember, Wildani Hefni mengungkapkan, pihaknya menggandeng para penyuluh agama sebagai mitra dalam mengintensifkan program dan kegiatan lembaga yang dipimpinnya  dalam lingkup eksternal kampus.


Dikatakannya, kegiatan tersebut  merupakan salah satu langkah Rumah Moderasi Beragama IAIN Jember untuk menjalankan fungsi penguatan dalam membumikan nilai-nilai toleransi, harmoni, yang semuanya bertujuan untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan.


“Untuk itu, Kami bersinergi dengan para penyuluh agama guna pemetaan awal deteksi dini konflik keagamaan, strategi menyelesaikan kasus-kasus dan fenomena keagamaan, pemanfaatan media digital, dan lain-lain,” terang Wildan.


Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Masdar Hilmy, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Hamdan Juhannis,Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Timur Prof. Abd. Halim Soebahar, dan Menteri Agama RI periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin.


Dalam acara tersebut, Rumah Moderasi Beragama IAIN Jember juga mengeluarkan deklarasi, yang isinya sebagai berikut:


Kami, unsur tokoh dan penyuluh Agama Islam se eks-Karesidenan Besuki dan Lumajang, serta akademisi IAIN Jember, menyatakan;


1. Islam Indonesia adalah agama rahmatan lil’alamin yang menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi (tawassuth), keseimbangan (tawazun), toleransi (tasamuh), dan keadilan (adalah)


2. Kami bertekad akan merawat corak Islam Indonesia dan terus menyegarkan serta memperkuatnya untuk menjawab tantangan zaman


3. Kami bertekad akan mempromosikan  Islam Indonesia sebagai solusi bagi perdamaian dunia dan penciptaan tatanan  global yang lebih berkeadaban dengan berlandaskan nilai persaudaraan (al-ukhuwwah), persamaan (al-musawah), musyawarah (asy-syura), tolong menolong (at-ta’awun), dan saling menghormati (at-tarahum).


4. Kami menolak segala bentuk sikap berlebih-lebihan atau melampaui batas (al-ghuluw), baik dalam perbuatan atau perkataan yang merupakan benih-benih kezaliman, kekerasan, radikalisme, permusuhan dan terorisme yang menjadi ancaman nyata bagi peradaban dan kemanusiaan.


Pewarta:  Aryudi A Razaq
Editor: Muhammad Faizin