Setelah Era Gus Dur Ansor Terdepan Bicara Pluralitas
Jumat, 25 Mei 2012 | 00:09 WIB
Jakarta, NU Online
Kebinekaan di Indonesia adalah suatu niscaya. Pada beberapa pulau, keanekaragaman hampir selalu hadir. Keragaman bisa terdiri dari latar belakang suku, bangsa, agama, bahasa, aliran, aspirasi politik, kelas sosial, dan sejumlah identitas lainnya.
<>
Hanya saja, ada sejumlah pihak yang tidak rela dengan keanekaan sebagai anugerah Ilahi. Mereka mencoba memaksakan kehendak. Bahkan mereka tidak segan menggunakan cara-cara kekerasan.
Abdurrahman Wahid, kerap disapa Gus Dur, adalah pembela terdepan keragaman di Indonesia maupun di luar negeri. Ia dengan segala risiko dan ketabahan, menjalani perjuangan kemanusiaan. Meski pada satu waktu berjalan sendiri, Gus Dur akan tetap menempuhnya.
“Setelah Gus Dur wafat, GP. Ansor lah yang terdepan menyuarakan pluralitas,” beber M. Aqil Irham, Sekjen PP GP Ansor kepada NU Online di kantor PP GP. Ansor Jl. Kramat Raya 65A, Jakarta Pusat, Selasa (22/5) malam.
Keniscayaan keragaman bukan alasan untuk mendiskriminasi kaum minoritas. Konstitusi menjamin hak yang sama bagi setiap warga negara. Meskipun ancaman terhadap keragaman bukan hal baru, namun setiap kasus membutuhkan cara penanganan yang berlainan pula.
Menurut Aqil Irham, kasus kekerasan dan pemaksaan kehendak oleh satu dua pihak, disebabkan oleh lemahnya negara. Saat yang sama, kekuatan sipil meningkat. Dengan kondisi demikian, Negara hampir tidak berdaya untuk menertibkan pihak-pihak sipil yang beroperasi di luar konstitusi.
Kalau dilacak, kondisi melemahnya negara dan menguatnya sipil, tercipta salah satunya karena pemerintah memiliki daya tawar rendah dalam politik di hadapan pihak sipil. Dampaknya, negara cenderung membiarkan kekuatan sipil melebarkan sayapnya untuk menginjak konstitusi; pemaksaan kehendak, tindakan kekerasan, dan marjinalisasi elemen lain di masyarakat.
Rongrongan terhadap pluralitas ini, salah satu tema yang akan dibahas dalam Konbes XVIII PP GP. Ansor, tambahnya. Konbes XVIII PP GP. Ansor akan dilaksanakan dalam rangkaian puncak harlah ke-78 GP. Ansor 7-10 Juni 2012 di Pondok Pesantren Almuayyad, Jl. KH. Samanhudi No. 64, Solo, Jawa Tengah.
Redaktur: Mukafi Niam
Penulis : Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
2
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
3
Masyarakat Adat Jalawastu Brebes, Disebut Sunda Wiwitan dan Baduy-nya Jawa Tengah
4
Hukum Quranic Song: Menggabungkan Musik dengan Ayat Al-Quran
5
Jalankan Arahan Prabowo, Menag akan Hemat Anggaran dengan Minimalisasi Perjalanan Dinas
6
Wacana AI untuk Anak SD, Praktisi IT dan Siber: Lebih Baik Dimulai saat SMP
Terkini
Lihat Semua