Nasional

Tercerabut dari Akar Sejarah Penyebab Diskriminasi terhadap Madrasah

Kamis, 1 Februari 2018 | 14:01 WIB

Jakarta, NU Online 
Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama H. Arifin Junaidi menilai pemerintah mendiskriminasi pendidikan madrasah. Dengan demikian, sistem pendidikan yang ada saat ini tercerabut dari akar sejarah. 

Demikian dikatakan Arifin di tengah-tengah Focus Group Discussion yang diselenggarakan LP Ma'arif PBNU di lantai delapan Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (1/2).

Ia menjelaskan, pada zaman Hindu dan Budha lembaga pendidikan disebut karsan yang berasal dari bahasa Sansekerta. Sementara zaman Hindu disebut asram, dan oleh Budha disebut patapan. Di tempat lembaga pendidikan tersebut antara guru dan murid hidup bersama dalam satu tempat. 

Menurutnya, ketika Islam masuk ke Indonesia, lembaga pendidikan yang diterapkan Hindu-Budha tersebut tetap dipertahankan, hanya terjadi perbedaan penamaan. Setelah Islam masuk, lembaga pendidikan disebut pasastrian yang sekarang menjadi pesantren. 

Seiring berjalannya waktu, pasastrian mulai bersentuhan dengan lembaga pendidikan sekolah yang masuk ke Indonesia sekitar tahun 1810 dan menghasilkan madrasah. 

"Itulah kenapa kita sebut pendidikan kita sekarang tercerabut dari sejarahnya. Karena, akar sejarahnya pendidikan kita itu pesantren. Pesantren yang sekarang adalah madrasah diniyah dan madrasah formal yang merupakan anak kandung pesantren," jelasnya. 

Sistem pendidikan mulai tercerabut dari akar sejarah pesantren ketika Indonesia merdeka. Saat itulah mulai sistem pendidikannya tidak melanjutkan ala pesantren, tapi dengan mengambil dari Barat. 

"Inilah mengapa lembaga pendidikan yang berakar sejarah itu tidak mendapat perhatian yang cukup. Itulah kemudian kenapa terjadi diskriminasi terhadap pendidikan madrasah," terangnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)