Nasional

Warek UI: Pendidikan Karakter Hari Ini Perlu Pemikiran Kritis

Rabu, 18 September 2019 | 18:30 WIB

Warek UI: Pendidikan Karakter Hari Ini Perlu Pemikiran Kritis

Foto: NU Online/Syakir

Jakarta, NU Online
Pendidikan karakter menjadi hal yang diusung dalam kurikulum pendidikan terbaru. Wakil Rektor Universitas Indonesia Bambang Wibawarta mengatakan bahwa dalam pendidikan karakter sangat diperlukan pemikiran kritis.

“Yang diperlukan adalah critical thinking (pemikiran kritis),” katanya saat menjadi narasumber pada diskusi pendidikan yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (18/9).

Hal ini, menurutnya, penting mengingat ada kekhawatiran terjadinya hegemoni akibat dari konsumsi media sosial yang berlebihan dari para pelajar saat ini yang tergolong dalam generasi Z sebagai digital native.

“Tidak perlu khawatir. Yang paling penting kita mempunyai critical thinking daya kritis dan juga pemahaman terhadap media,” katanya dalam diskusi bertema Mendorong Pendidikan Berkarakter demi Terwujudnya SDM Unggul itu.

Daya kritis dalam pendidikan karakter juga, katanya, harus dibarengi dengan nilai-nilai yang terinternalisasi dalam diri melalui budaya. Sebab, lanjutnya, berbicara karakter tidak akan bisa lepas dengan budaya sebagai sebuah kekuatan lunak yang diam-diam memberikan pengaruh besar terhadap diri manusia.

“Kalian di sini, di IPNU diajari nilai-nilai banyak yang bersandingan bersinggungan dengan nilai-nilai yang masuk bersama dengan kekuatan lunak tadi. Jadi kekuatan lunak (budaya) ini adalah mau tidak mau berkaitan dengan kita,” kata guru besar susastra Universitas Indonesia itu.

Namun, sering kali hal pengetahuan hanya sebatas informasi yang diketahuinya, tetapi tidak terinternalisasi dalam diri sehingga tidak mewujud menjadi perilaku. Ia mencontohkan tak sedikit orang yang mengetahui bahwa berkendara melawan arah di jalan tidak diperbolehkan, tetapi tetap dilakukan dengan berbagai alasan.

Melihat fakta demikian, Bambang menyatakan bahwa memang perlu dilatih. Sebab, nilai karakter tidak terlihat. Produk darinya adalah tingkah laku.

“Nilai-nilai itu adanya di bawah, nggak kelihatan. Yang keluar adalah tingkah laku, produknya praktiknya dan bagaimana itu bisa menjadi perilaku atau praktik harus ada strateginya harus dilatih dan seterusnya,” jelasnya.

Selain Bambang, diskusi yang diikuti oleh puluhan kader IPNU itu juga dihadiri oleh Direktur Eksekutif Mata Air Muhammad A Idris dan Pemerhati Pendidikan sekaligus Sekretaris Umum PP IPNU Mufarrihul Hazin.
 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Alhafiz Kurniawan