Siswa di Madrasah ini Punya Keunggulan di Bidang Bahasa
Selasa, 1 September 2015 | 06:40 WIB
Persaingan di dunia pendidikan demikian ketat. Sejumlah madrasah menawarkan berbagai keunggulan untuk melahirkan alumni yang diharapkan,<> termasuk madrasah ini.
Awal Pendirian
Sabtu, 30 Juli 1994 silam, beberapa pimpinan dan guru mengadakan rapat khusus di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang Jawa Timur.untuk merancang pendirian Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK). Hal ini sebagai respon atas terbitnya SK Mentri Agama Nomor 371 dan 374 tahun 1993 tentang Madrasah Aliyah Keagamaan. Hadir pada rapat tersebut Nyai Hj. Mahfudhoh Aly Ubaid (pengurus yayasan), KH Imam Asy’ari Muchsin dan Nyai Hj Mundjidah Wahab (majelis pengasuh), Drs H Moh. Syamsul Huda As, SH (Kepala MAN Tambakberas), dan sembilan orang guru.
Rapat akhirnya memutuskan untuk mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) sebagaimana ditawarkan Menteri Agama. “Pendirian MAK dimaksudkan agar keberadaan pesantren ini sebagai salah satu benteng pertahanan dan pusat pengembangan nilai-nilai keislaman melalui lembaga formal dapat dipertahankan,” kata Faizun, MPd kepada media ini.
Di awal berdirinya, MAK Bahrul Ulum dikepalai langsung oleh Nyai Hj. Mundjidah Wahab, putri dari almaghfurlah KH. Abdul Wahab Chasbullah hingga tahun 2006. “Kepemimpinan dilanjutkan kepada saya yang sebelumnya dipercaya sebagai wakil kepala urusan kurikulum,” terang alumnus pasca sarjana Universitas Islam Malang ini.
Kebijakan pemerintah menyangkut regulasi dunia pendidikan berjalan dinamis. Jika UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 1989 menempatkan MAK sebagai primadona, maka Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) 2003 malah sebaliknya. UU ini bahkan tidak memberi ruang bagi keberadaan MAK.
Memang dalam UU tersebut istilah MAK masih ada, namun kepanjangannya adalah Madrasah Aliyah Kejuruan, persis SMK. Dengan demikian, tak ada cara lain bagi pengelola MAK, kecuali melebur menjadi salah satu jurusan di Madrasah Aliyah. Sedangkan syarat untuk itu adalah mendirikan MA terlebih dahulu.
Atas berbagai ikhtiar yang diiringi kekompakan seluruh stakeholders, pada 1 Juli 2010 Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur mengeluarkan izin operasional Madrasah Aliyah Wahab Hasbulloh (MAWH). “Hal ini sekaligus menandai perubahan nama madrasah, dari MAK menjadi MAWH,” katanya. Dan pada akreditasi pertama, yakni tahun 2012, madrasah ini mendapat peringkat B dengan raihan nilai 85, lanjutnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, lembaga ini bertekad menjadi madrasah unggulan, dengan sebutan lengkap Madrasah Aliyah Unggulan KH Abd. Wahab Hasbulloh (MAU WH) Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.
Tekad Menjadi yang Terbaik
“Sebagaimana namanya, madrasah ini bertekad dan berkomitmen untuk mencetak peserta didik menjadi manusia unggul, baik unggul dari aspek kepribadian, akademik maupun kemasyarakatan,” kata Ustadz Faiz.
Visi MAU WH Bahrul Ulum Tambakberas Jombang adalah ‘Mewujudkan Generasi Pintar, Benar, Profesional, Taqwa pada Tuhan’. Kalau dijabarkan, visi ini mengandung pengertian, pertama pintar berarti unggul dalam bidang keilmuan ( ‘alim). “Ada tiga bidang keilmuan yang menjadi karakter madrasah ini, yaitu unggul bahasa yakni Arab dan Inggris, menulis serta keilmuan atau akademik sesuai dengan skill dan progam yang diminati,” ungkapnya.
“Benar berarti unggul dalam kepribadian,” tandasnya. Yakni pribadi yang mengenal dan menunaikan hak Allah, hamba, serta alam semesta atau shalih. Untuk menjadi pribadi yang benar atau shalih ada tiga sikap yang harus dimiliki. “Yaitu shalih spiritual, shalih sosial, dan shalih lingkungan,”katanya. Ketiga sikap ini akan membentuk pribadi muslim yang rahmatan lil ‘alamin, lanjutnya.
Sedangkan yang dimaksud profesional adalah kecakapan khusus dalam menjalankan sesuatu sesuai dengan keahliannya. “Profesionalitas merupakan out put dari rangkaian proses pembentukan peserta didik menjadi manusia yang pintar atau alimdan benar (shalih), tentunya dengan daya dukung SDM serta manajemen kelembagaan yang dikelola secara profesional,” urainya.
Rangkaian dari semua proses di atas akan melahirkan generasi yang sempurna atau kamil baik dari segi pengetahuan, sikap dan juga keterampilan.
Yang terakhir, taqwa kepada Tuhan adalah nilai yang melandasi setiap aktivitas mulai dari unsur pendidik, tenaga kependidikan, pegawai hingga peserta didik. “Dengan nilai ini semua aktivitas yang dilakukan semata-mata diniatkan karena mengharap ridla Allah serta dilakukan dengan penuh kesungguhan karena kesadaran,” terangnya. Dengan demikian, seluruh komponen madrasah memandang semua sebagai amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
“Untuk mewujudkan visi tersebut, setiap peserta didik yang belajar di madrasah ini akan ditempa dengan konsep kurikulum yang memadukan antara kurikulum kepesantrenan, nasional dan kurikulum bahasa (Arab-Inggris),” kata Sekterataris PC Lembaga Takmir Masjid NU Jombang ini. Dengan konsep kurikulum ini, peserta didik diharapkan akan menjadi insan unggul secara kepribadian, akademik dan juga kemasyarakatan, lanjutnya.
Pengejawantahan unggul dalam hal kepribadian meliputi berpegang teguh pada akidah Ahlussunnah Waljamaah ala thariqati Nahdlatul Ulama (NU), cinta Tanah Air dan NU, mengenal, memahami serta meneladani kepribadian dan perjuangan KH. Abd. Wahab Chasbullah, Memiliki semangat belajar sepanjang hayat atau long life education, mampu dan terbiasa menjalankan ibadah secara baik dan benar, terbiasa membaca al-Qur’an secara baik dan benar.
“Juga yang kami tekankan adalah para siswa memiliki karakter islami, seperti sopan santun, tawadhu’, tanggung jawab, disiplin serta tidak melakukan perbuatan tercela seperti zina, mengkonsumsi minuman keras,mencuri, berkata kasar seperti mengumpat dan yang semisal,” katanya. Para siswa juga didorong dan berkewajiban hafal al-Qur’an minimal dua juz serta surat-surat pilihan.
Kepedulian terhadap kondisi sekitar sebagai pengejawantahan atas berbagai ilmu keagamaan yang dimiliki juga ditunjukkan dengan kegemaran bersedekah. “Yang juga tidak kalah penting adalah memupuk kepedulian terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan khususnya di madrasah,” katanya.
Proyeksi keunggulan dalam akademik juga menjadi hal yang tidak terhindarkan. “Hal ini semisal telah ditunjukkan dengan tingkat kelulusan ujian akhir sertatus persen dengan nilai minimal 8.5,” katanya. Demikian juga, para alumni madrasah bisa diterima di sejumlah perguruan tinggi unggulan dalam dan atau luar negeri, lanjutnya.
Garansi lain adalah kemampuan dalam membaca kitab kuning tingkat dasar yakni kitab al-Ghayah wat Taqrib. Juga penguasaan bahasa asing yakni Arab dan Inggris secara aktif utamanya terkait aktivitas keseharian. “Di samping itu kemampuan menulis dan mempresentasikan karya tulis ilmiah sesuai dengan bidang keilmuan dan keahlian yang dimiliki menjadi perhatian kami,” terangnya.
Sebagai alumnus produk pesantren, para siswa juga ditempa agar memiliki kemampuan berdakwah secara lisan dan tulisan. “Inilah yang kami maksud dengan keunggulan kemasyarakatan,” kata Ustadz Faiz.
Karenanya para siswa juga dibekali dan dibimbing agar memiliki penguasaan dasar-dasar ilmu keorganisasian, skill kepemimpinan atau leadership, membawakan acara (MC), dan kecakapan menjadi imam shalat lima waktu serta khatib Shalat Jum’at bagi laki-laki.
“Aktifitas kemasyarakatan seperti kecakapan memimpin tahlil, istighosah, manaqib , diba’iyah dan kegiatan keagamaan lainnya juga diajarkan di madrasah,” katanya. Termasuk kecakapan mengajar al-Qur’an di TPQ, lanjutnya,
Untuk menunjang semua aspek keunggulan di atas, madrasah juga memprogramkan berbagai kegiatan ekstra atau pengembangan diri yang diharapkan mampu menggali dan mengaktualisir berbagai potensi yang dimiliki peserta didik. Antara lain pembinaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, diklat jurnalistik, keorganisasian, calon guru TPQ dengan metode Tilawati, olahraga, Palang Merah Remaja (PMR), qiraatul Quran bi al-taghanni, seni shalawat Albanjari, kuliah tujuh menit atau Kultum, Beladiri Karate Do (INKANAS), pembinaan keterampilan membaca kitab kuning, pramuka, community service, toserba kreatif siswa, tahfid al-Quran, olimpiade dan perlombaan, serta pendidikan lalu lintas (PLL) Bhayangkara.
Siswa Dipercaya Pembina Bahasa
Keunggulan dalam penguasaan bahasa asing yakni Arab dan Inggris adalah nilai lebih yang menjadi konsentrasi madrasah ini. “Setiap pagi dari hari Senin hingga Kamis, selama setengah jam para siswa harus mempraktikkan berbicara bahasa asing di halaman madrasah,” kata Ustadz Abdul Haris. Mereka bercakap-cakap dengan sesama siswa dan terkadang dengan para ustadz atau guru. “Tema yang menjadi bahasan disesuaikan dengan modul yang telah dimiliki para siswa,” lanjutnya.
Hal itu juga ditambah dengan pengembangan diri yang memberikan kesempatan kepada siswa pilihan yang memiliki kelebihan dalam penguasaan dua bahasa asing tersebut.
Tidak berhenti sampai di situ, para siswa yang masuk kategori duta bahasa, juga digembleng untuk belajar bahasa asing di Pesantren Darul Lughah Pasuruan selama 20 hari. “Prinsipnya, kami tidak ingin mengecewakan semua pihak atas kemampuan bahasa ini,” katanya.
Selama di sana, para duta bahasa mempelajari metode dan proses pembelajaran bahasa asing sehingga bisa mengambil nilai lebih di pesantren tersebut,” ungkapnya.
Di kesempatan tertentu, para siswa juga diberikan kesempatan berbicara dengan orang asing untuk mengasah pendengaran, dan kemampuan dalam pembicaraan serta keberanian berkomunikasi dengan warga asing secara langsung. “Biasanya kami memlih tempat wisata yang di sana dapat dipastikan banyak turis yang sedang melancong,” katanya. Bisa ke Candi Borobudur atau sejumlah tempat di Bali.
Buah dari kerseriusan tersebut, akhirnya madrasah mendapatkan kesempatan membina bahasa bagi dua sekolah di lingkungan Pondok Pesantren Bahru Ulum. MAU WH telah memiliki kerjasama dengan MTsN Tambakberas dan MTs Plus Bahrul Ulum untuk membina para siswa secara intensif terkait penguasaan bahasa asing ini.
“Respon dari kedua madrasah ini sangat membanggakan,” kata Ustadz Faiz. Hal tersebut dapat dibandingkan dengan hasil penguasaan bahasa asing saat dikerjasamakan dengan lembaga kursus terkenal. “Menggandeng siswa dari madrasah kami, ternyata mampu meningkatkan kemampuan bahasa dari dua sekolah tersebut,” bangganya.
Tahfidz dan Baca Kitab Kuning
Di samping penguasaan bahasa asing, madrasah ini telah menjamin bahwa para siswanya akan memiliki kemampuan hafalan al-Qur’an minimal dua juz. “Kami tekankan pada hafalan juz 30 dan juz 1,” kata Ustadz Haris.
Untuk bisa mencapai target ini, sejak awal madrasah telah melakukan pengelompokan bagi para siswa yang baru diterima di MAU WH. “Kami bedakan sesuai kategori kemampuan membaca al-Qur’annya menjadi tiga kelompok,” ungkapnya.
Bagi siswa yang kurang lancar, akan dikelompokkan di bagian C, sedangkan siswa yang masuk kelompok B hanya perlu penyempurnaan bacaan. “Dan untuk kelompok A, maka dapat dipastikan lebih lancar, bahkan sudah bisa diarahkan ke hafalan,” ungkapnya.
Dengan sejumlah pendekatan dan pendalaman serta pembinaan, pihak sekolah menjamin bahwa seluruh siswa dapat menghafal 2 juz al-Qur’an tersebut dalam waktu yang ditentukan.
Dan pihak madrasah juga memberikan kemampuan kepada para siswa untuk mebnguasai kitab standar yakni Taqrib. “Ini adalah termasuk dalam kurikulum yang telah ada dan dikembangan di madrasah,” ungkapnya. Dengan demikian, para siswa dapat membaca sekaligus di dalamnya menguasai gramatika bahasa sepereti nahwu, sharaf, makna kata dan kalimat, i’rab serta i’lal dari kitab yang ada, lanjutnya.
Terus Berbenah
Dalam catatan madrasah, tahun 2015 ini jumlah guru atau ustadz yang ada sebanyak 32 orang. 14 laki-laki dan 18 perempuan. Mereka mengawasi dan mendidik untuk kelas X sebanyak 52 siswa/i, XI berjumlah 41, serta kelas XII sebanyak 37.
Terkait jumlah yang tidak terlampau besar ini, kepala madrasah tidak terlampau mempermasalahkan. “Justru hal ini akan memicu kami untuk terus memberikan pengawasan dan pembinaan secara lebih efektif,” kata Ustadz Faiz.
Hal tersebut juga tidak bisa dipisahkan dari persepsi sebagian masyarakat dan calon pelajar yang masih melihat lembaga pendidikan negeri sebagai jujugan bagi kelanjutan sekolah. “Padahal kalau melihat mutu, rasanya bisa dibandingkan bahwa madrasah swasta juga tidak kalah dengan lembaga pendidikan negeri,” katanya.
Pergeseran dan kesadaran ke arah ini masih berlaku di level pendidikan dasar. “Kita bisa melihat para orang tua lebih percaya kepada sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah swasta bila dibandingkan dengan yang negeri,” ungkapnya. Dan diharapkan kesadaran ini juga akan tumbuh kepada lembaga pendidikan tingkat menengah pertama dan atas, lanjutnya.
“Untuk tingkat menengah dan atas, masyarakat kita masih percaya kepada merk, dan terkadang mengesampingkan kwalitas,” katanya. Namun ia juga yakin bahwa pada saatnya, baik peserta didik dan orang tua akan percaya kepada kwalitas alumni dan kiprahnya di jenjang pendidikan berikutnya serta kiprah di masyarakat. “Ini hanya soal waktu,” katanya.
Namun yang sangat penting dilakukan oleh madrasah ini adalah terus membekali para peserta didik dengan kelebihan yang memang diharapkan. Dan sejumlah terobosan dilakukan agar kebanggaan para alumni dan calon peserta didik, termasuk orang tua semakinj tinggi. “Kita tidak ingin semata mengejar kwantitas atau jumlah siswa yang banyak,” tandasnya. Yang justru sangat ditunggu adalah bagaimana madrasah bisa memberikan layanan terbaik bagi peserta didik, sehingga melahirkan siswa yang memiliki banyak prestasi dan keunggulan. “Ini prioritas MAU WH,” pungkasnya.
Sejak awal berdiri, hingga saat ini, peserta didik MAU WH telah mengukir banyak prestasi membanggakan, baik di tingkat regional maupun nasional. Para alumninya juga sudah banyak yang diterima sebagai mahasiswa di kampus dalam serta luar negeri.
Mereka yang telah lulus banyak diterima di perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi favorit lainnya, dalam dan luar negeri, melalui jalur beasiswa maupun mandiri. Para peserta didik yang telah lulus tersebut tersebar di berbagai perguruan tinggi seperti Universitas al-Azhar Kairo Mesir, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Negeri Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Jati Bandung dan beberapa kampus lain. (Syaifullah Ibnu Nawawi)
Foto: Para siswa mengikuti praktik berbahasa asing di kawasan Candi Borobudur
Terpopuler
1
LAZISNU dan POROZ Kirim Bantuan Rp6,45 Miliar untuk Kebutuhan Ramadhan Rakyat Palestina
2
Didampingi SBY-Jokowi, Presiden Prabowo Luncurkan Badan Pengelola Investasi Danantara
3
Pemantauan Hilal Awal Ramadhan 1446 Digelar di 125 Titik, Jawa Timur Terbanyak
4
Melihat Lebih Dalam Kriteria Hilal NU dan Muhammadiyah
5
Aksi Indonesia Gelap, Upaya Edukasi Kritis terhadap Kondisi Sosial, Politik, dan Demokrasi
6
Amal Baik Sebelum Puasa: Saling Memaafkan dan Bahagia Menyambut Ramadhan
Terkini
Lihat Semua