Pesantren

Ngaji Pasaran di Pesantren Daarussalam Cirebon

Senin, 22 Juni 2015 | 03:30 WIB

Cirebon, NU Online
Daarussalam adalah salah satu asrama di Buntet Pesantren Cirebon yang seperti bulan-bulan Ramadhan sebelumnya membuka 'pengajian pasaran' untuk umum. Di kawasan salah satu pesantren terpandang di Jawa Barat ini, pengajian pasaran ini dibagi menjadi dua kelas.
<>
Pengajian pasaran tahun ini, santri junior masuk dalam kelompok pengajian kelas 1, adapun kitab yang dikaji adalah “Hadits Arba'in” dan “Lubabul Hadits”. Sementara kitab “Riyadlus Shalihin” dan “Nailurroja” dikaji untuk kelas 2 yang di dalamnya terdapat santri lintas pesantren, alumni, dan masyarakat umum yang terdiri dari remaja, pemuda, hingga bapak-bapak.

Setiap ba'da sahur, kelas 1 dan kelas 2 tersebut bergabung menjadi satu kelas dalam pengajian kitab “Almau'idzatul 'Ushfuriyyah”.

Untuk masyarakat umum, khususnya bagi mereka yang datang jauh dari luar Kota Cirebon, diperbolehkan menginap bareng para santri. Namun sebelumnya mereka sangat dianjurkan sowan dan izin terlebih dahulu kepada pengasuh Pesantren Daarussalam, KH Tb Ahmad Rifqi.

Santri dan masyarakat yang ada di lingkungan Buntet Pesantren Cirebon biasanya langsung mengikuti jadwal pengajian karena di Buntet sendiri membebaskan santrinya mengikuti jadwal ngaji pasaran di asrama lain dengan catatan tidak meninggalkan jadwal pengajian di asrama yang dia tempati.

Pada tahun-tahun sebelumnya ngaji pasaran di pesantren Daarussalam ini biasanya ditutup paling cepat sampai tanggal 20 Ramadhan. Tapi untuk tahun ini, pengajiannya ditargetkan hanya sampai tanggal 15 Ramadhan. Alasannya adalah karena sudah menginjak libur sekolah.

Sementara itu, KH. Tb. Ahmad Rifqi yang mempunyai jadwal mengkaji dan menerangkan kitab “Riyadlus Shalihin” memastikan bahwa kitab Riyadlus Shalihin sama sekali tidak memuat hadits dha'if apalagi hadits palsu. Sebaliknya kitab karya Imam Nawawi itu memuat hadits-hadits Shahih dan Hasan.

"Kalau ada yang bilang kitab ‘Riyadlus Shalihin’ banyak memuat hadits dha'if, orang itu bakal diketawain sama ulama-ulama ahli hadits, ibaratnya kaya kidang nyeruduk watu, batu kan kuat, dianggap sama dia batu itu jelek dan lemah terus diadu ya tanduknya patah," kata kiai yang akrab disapa Kang Tus itu dalam pengajian, Ahad (21/6).

Kitab “Riyadlus Shalihin” dikaji di Pesantren Daarussalam dalam dua sesi, yakni pertama selepas Ashar sampai menjelang waktu Maghrib tiba; kemudian kedua, dilaksanakan pada malam hari tepatnya ba'da shalat isya’ dan tarawih hingga sekitar pukul 01.00 dini hari dengan potongan waktu istirahat sekitar setengah jam. Sementara waktu mengaji kitab Nailurroja adalah sekitar pukul 13.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB

Daarussalam ini bisa dijadikan sebagai salah satu pilihan pesantren bagi para santri, alumni pesantren, dan masyarakat umum yang hendak mengisi kegiatan di bulan suci Ramadhan untuk mencari ilmu agama dan ngalap barokah dari kiai atau pesantren. Jika tahun ini tidak memungkinkan, tentu saja bisa diagendakan pada tahun-tahun berikutnya. (Aiz Luthfi/Mahbib)

Terkait

Pesantren Lainnya

Lihat Semua