Pesantren lahir atas dasar kewajiban dakwah islamiah, sekaligus tempat untuk mencetak generasi muda yang berilmu dan berakhlakul karimah. Sehingga, pesantren diharapkan dapat mencetak santri yang mempunyai dasar dan kemampuan spiritual yang berpegang teguh pada Al-Qu'ran dan hadits, yang kemudian dilanjutkan pada kajian kitab-kitab salaf.
Nahdlatul Ulama (NU), memiliki hubungan erat dengan pondok pesantren. Terbukti, begitu banyak pesantren di Indonesia ini, ber-asbabul wurud-kan para kiai, santri-santri kalangan Nahdlatul Ulama. Bukan rahasia umum lagi, bahwa NU terlahir dari kalangan orang-orang pesantren: Hadratussyekh KH Hasim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, KH Bisri Samsuri, KH Abas dan ulama sepuh pendiri NU lainnya. Dengan kata lain NU dan pesantren adalah ikatan yang sangat sulit untuk dipisahkan.
Secara literatur, kajian, amaliah dan akidah-akidah yang diterapkan NU sangat tepat, lentur, serta dapat diterima di berbagai kalangan di Indonesia. Tak heran jika NU mendominasi di seluruh penjuru Indonesia: perkotaan maupun pelosok desa sekalipun. Ciri khas NU yang selalu mengedepankan sikap tawassuth wal i'tidal (tengah-tengah dan keseimbangan) inilah yang menjadikan NU diikuti oleh masyarakat.
Dari sikap inilah kemudian NU membopong moto besar dalam dakwah 'Mempertahankan budaya lama yang masih baik dan menerima yang baru yang lebih baik'. Dengan kata lain, NU menyampaikan ajaran Islam menurut apa adannya (obyektif), mengemukan fakta-fakta tanpa ada usur-unsur memaksa untuk diterima atau diakui.
Berbicara perkembangan NU di wilayah Jawa dan sekitarnya, tentu kita tidak terheran lagi. Sisi jamiyah dan jamaahnya telah tersusun dan berkeyakinan kuat tentang NU, terlebih di daerah Jawa Timur yang merupakan basis masa NU terbesar di Wilayah Jawa. Lain halnya jika bericara NU di daerah Sumatera khususnya Bengkulu, menjadi hal asing pastinya. Apa itu NU? Bagaimana kiprah NU? Menjadi pertanyaan yang menggelayut di benak masyarakat Bengkulu.
Provinsi Bengkulu, provinsi dengan maskot Bunga Raflesia merupakan provinsi berkembang dengan masyarakatnya yang majemuk. Penduduk asli dan transmigrasi berbaur menjadi satu dengan adat istiadat serta keyakinan yang beragam pula. Sulit-sulit gampang menebar NU di wilayah ini. Masyarakat yang masih tergolong awam terkadang acuh dengan perkembangan Islam. Pesantren yang menjadi metode jitu ulama-ulama NU untuk dakwah islamiah pun masih dipandang sebelah mata keberadaannya.
Pesantren Darunnaja adalah salah satu pondok pesantren besar di Provinsi Bengkulu. Berlokasi di Jalan Lintas Barat Km 77, Pemandi, Uray, Ketahun, Bengkulu Utara. Dengan kesederhanaannya, pondok pesantren Darunnaja selalu melakukan pembenahan dan perkembangan untuk menjawab tantangan dunia yang semakin berubah-ubah dan selalu memegang teguh ajaran akidah Ahlussunnah wal Jamaah ala Nahdlatul Ulama. Secara kelembagaan Pondok Pesantren Darunnaja berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Darunnaja sejak 1 Muharram 1420 H bertepatan dengan 17 April 1999, dengan Akta Notaris H Epison, SH No 26 tanggal 12 Maret 2001.
Sejauh ini, Pesantren Darunnaja telah melakukan perkembangan pendidikan di berbagai bidang, baik formal maupun nonformal. Pendidikan formal meliputi Madrasah Ibtida’yah Darunnaja, MTs Darunnaja, MA Darunnaja. Sedangkan pendidikan nonformal meliputi Madrasah Diniyah Takmiliyah Darunnaja, Pondok Sepuh Tarekat Naqsabandiyyah al Kholidiyyah, Pengajian Wetonan dan sorogan.
Selain itu, Pesantren Darunnaja juga membekali santri-santri dengan keilmuan dan keahlian lainnya, di antaranya Pramuka, komputer, Seni Baca Al-Qur'an, seni kaligrafi, seni hadrah, beladiri (pencak silat), jurnalistik. Pesantren Darunnaja juga memiliki beberapa unit penunjang, di antarannya Kopontren, Poskestren, LM3, Laboratorium Komputer, Laboratorium Bahasa, dan perpustakaan.
Pesantren yang berdiri di tanah seluas kurang lebih 35.000 meter persegi ini, didirikan oleh almaghfurllah KH Ali Luqman Khusnan. Pesantren ini diharapkan mampu untuk mengobarkan NU di Bumi Raflesia. Dengan keyakinan yang gigih dari para pendiri dan asatidz Pesantren Darunnaja serta doa yang tak pernah putus, pesantren ini terus membangun keyakinan serta kepercayaan masyarakat untuk mengemban perjuangan islamiah.
Saat ini tercatat 500 orang santri di Pesantren Darunnaja. Dari keseluruhan santri diharapkan dapat mengemban perjuangan dakwah islamiah kelak, menjadi kader-kader Nahdlatul Ulama yang berilmu serta berakhlakul karimah; membawa kemaslahatan bagi masyarakat, agama serta negara tercinta ini. (Mangun Kuncoro/Kendi Setiawan)